Jumat kemarin sungguh hari yang penuh romantika, selayaknya sebuah kehidupan utuh itu sendiri. Sepagian aku sudah menggenjot sepeda kesayangan, lengkap dengan helm kuning kemuning, hendak rapat di sekolah anakku. Ternyata teman-teman sudah tiba lebih dahulu, dan mereka mengomentariku yang menikmati betul wara-wiri dengan sepedaku itu. Seingatku, aku hanya tersenyum-senyum saja. Sejam kemudian, rapat selesai dan akupun langsung kabur ke kolam renang, mengejar matahari yang kian meninggi.
Bermunajat dalam doa, sekaligus menghafal surah, tugasku hari ini untuk kusetor pada guru tahfidzku, alhamdulillah dimudahkan Allah SWT. Saat kembali ke laptop eh ke sekolah karena harus membayar SPP anak-anak, hujan mulai mengguyur. Bersicepat dengan waktu jumatan, segera kukayuh sepeda ke saung lokasi guru tahfidzku berada. Di sana lagi-lagi salah satu guru ngajiku bertanya ini-itu tentang "semangat gowes"-ku dengan kendaraan favoritku ini. Begitu pula ketika berteduh di tukang gado-gado, sang ibu juga berkomentar sama.
Mungkin ujian, mungkin sudah 'jatahku' hari Jumat itu, siang itu jam 12, ketika aku tergesa ingin sampai di rumah dan menghindari berpapasan dengan kaum bapak yang pulang dari masjid (untuk ke rumahku, jalur sepeda harus melewati masjid besar di kompleks), aku dan sepedaku meluncur dengan anggunnya dari turunan curam itu. Yang terekam di kepalaku, sepedaku rebah lebih dulu, miring ke kanan, dan aku merasa, seolah diletakkan di sisi kanan sepedaku dengan lembut, merosot ke ujung jalanan bawah dengan biasa saja, padahal logikanya bisa saja aku terpelanting keras menuju selokan. Dan percaya atau tidak, sama sekali tidak ada memar dan luka gores, so far so good until today...
Subhanallah, ada malaikatkah yang menjagaku? Apa karena tadi aku sempat berinfaq *** di masjid itu sehingga Allah meringankan insiden ini? Wallahu'alam bishshawab...
Aku jadi teringat bapakku. 2 kali beliau terkena musibah, pertama kali terjatuh dari atap asbes rumah dengan ketinggian 3 meter seraya memeluk putri pertamaku, dan beliau baik-baik saja. Padahal 2 orang tetangga Bapak harus digips dan memakai kruk selama berbulan-bulan, sementara satunya lagi harus rutin ke dukun patah tulang. Kejadian lainnya, saat beliau ditabrak motor dengan kecepatan tinggi ketika menyeberang jalan menuju gang rumahnya. Orang-orang yang menyaksikan peristiwa ini menuturkan bahwa meski terkena benturan keras dan terkapar di aspal jalan, tubuh bapak seolah selembar daun kering, melayang dan mendarat dengan lembut. Memang ada cukup banyak luka jahitan di kepala dan goresan di lengannya, tapi selebihnya, beliau dalam kondisi stabil.
Ibuku menduga mungkinkah ini karena bapakku tidak pernah meninggalkan shalat malamnya, meski di saat lelah sekalipun, meski beliau baru tidur pukul 12 malam? Ah rahasia Allah, siapatah juga yang bisa mengungkapnya, manusia hanya bisa menduga-duga...
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
7 comments:
Subhanallah...aku percaya ketika manusia mendekat padaNya, maka semuanya akan dimudahkan & diringankan...
BTW, kenapa juga musti pakai acara nyungsep dipinggir jalan, Mbak Di ? kangen bau aspal ? biker yang aneh...qiqiqi
Subhanallah....Alhamdulillah dalam lindunganNya.
Besok-besok jangan lupa tanya Abank ya ..tip & trik menaklukan turunan tajam..he..he...
Segala puji bagi Allah, atas lindungan dan pertolongannya pada mbak Diana. Semoga Allah selalu mengiringi setiap langkah dan kayuhan sepeda mbak Diana ya. ;)
syukurlah selamat...
Alhamdulillah, memang Gusti Allah Maha Baik... Habis jatuh aku msh tertawa, tp malamnya wkt shalat sunnah sblm tidur, barulah menangis, teringat kasih-sayang-Nya yg begitu luas tak terbatas...
Bener Rusul bilang, malu bertanya Abang sesat di turunan, hehe...
Betul .. betul .. *manggut-manggut* :-P
Kaya'nya emang nih sepeda udah waktunya diupgrade. Pasang gigi, servis rem, bikin makin norak biar jelas dari jauh ... :D
merinding
Post a Comment