Sebentar lagi kita jelang Iedul Adha, insya Allah jika Dia masih memberi kita umur... Kuteringat tausiyah Subuh yang pernah dibawakan ustadz Qomar di masjid DT Bandung, beberapa pekan lalu, yang mengupas tentang hal ini.
Menurut ustadz Qomar, banyak sekali ibroh/pelajaran yang bisa kita kutip dari Nabi Ibrahim. Beliau tergolong "Khalinullah" atau orang yang teramat mencintai Allah. Saking cintanya beliau kepada Allah, saat dihisab, beliau sempat merasa malu teramat sangat, karena pernah 1 kali berbohong, yaitu ketika ditanya oleh Raja NAmrud soal siapa yang yang menghancurkan berhala.
Subhanallah, untuk 'kebohongan putih' atau berbohong demi kebenaran saja beliau mampu merasa malu, bagaimana dengan kita, yang mungkin saja dengan ringan hati berbohong setiap saat, demi pencapaian nafsu-nafsu kita? Berbohong kepada istri, kepada anak, kepada orang tua, atau mungkin kepada atasan kita, karena malas, pusing, sedang bete di rumah, atau 1001 alasan lainnya? Padahal pernahkah kita menyadarai bahwa tidak ada satu detikpun waktu yang luput dari pengamatan Allah?
Ustadz Qomar mengingatkan kita untuk berhati-hati dengan pikiran kita karena pikiran bisa menjelma jadi ucapan, hati-hati dengan ucapan, sebab dapat berwujud menjadi perbuatan. Berhati-hatilah dengan perbuatan karena salah-salah bisa jadi kebiasaan, dan kemudian 'membesar' menjadi watak/karakter kita nantinya, dan semua itu pada akhirnya akan menentukan nasib kita. Naudzubillahi min dzaalik!
Adapun pelajaran dari perintah Allah untuk menyembelih Ismail:
1. Tidak ada dalam Islam, mencapai sukses/keberhasilan dengan mengorbankan orang lain (sikut kiri-kanan, menyakiti hati otang, merampas haknya), sekalipun dibungkus untuk tujuan Allah
2. Sifat-sifat kebinatangan harus dimusnahkan dari dalam diri, ini terkait dengan HALAL-HARAM
3. Untuk meraih keberhasilan, perlu dukungan keluarga, termasuk di dalamnya pola komunikasi, visi-misi, dan kesabaran.
Ada 4 tipe rumah tangga, yaitu suami saleh, istri durhaka (keluarga Nabi Luth dan Nuh); istri salehah, suami durhaka (keluarga Fir'aun); suami-istri durhaka/kafir (keluarga Abu Jahal); dan suami-istri saleh/ah (keluarga Nabi Ibrahim, Rasulullah).
4. Dalam melaksanakan kebaikan, sangat perlu doa yang kontinu dipanjatkan kepada-Nya, yaitu: "Laa hawla walaa quwwata illa billaah..."
"Barangsiapa yang hatinya merindukan untuk bersua dengan-Ku, maka suatu hari kelak akan Kuizinkan mereka untuk bersua dengan-Ku..."
Duh Gusti Allah, Sang Penggenggam Jiwa, kian bergema saja rindu ini di tiap hela nafasku, membuncah laksana bunga mekar sepanjang waktu...
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
Belajar dari Ibrahim...
belajar takwa kepada Allaaaaah
belajar dari Ibrahim
belajar untuk mencintai Allah
(Belajar dari Ibrahim, Snada, arranged by Trie Utami)
Post a Comment