Malam itu, jari-jemarinya lembut mengusap rambut ibunda tercinta. dibasuhnya shampoo itu dengan hati-hati, seolah takut melukai dan menyakiti beliau. Sementara tak jauh, berdiri sang isteri yang juga tengah menyabuni sela-sela jemari kaki sang ibunda yang terbujur kaku. Tatapan matanya, bahasa tubuhnya, berbicara melebihi kata-kata yang minim terucapkan, menyiratkan kasih sayang seorang anak dan anak menantu... Ya, Ahad malam kemarin aku jadi saksi acara pemandian jenazah, dan baru kali ini aku menyaksikannya sejak awal hingga selesai.
Pelajaran tak ternilai yang kuamati malam itu adalah betapa tulus kasih sayang sang anak dan terutama menantu, terhadap mertuanya, seolah tak ada lagi jarak bahwa yang dimandikan 'hanyalah' ibu mertuanya. Sudah lebur jadi satu pemikiran bahwa ibu dari sang suami notabene juga ibundanya sendiri, sebagaimana ibu kandungnya, ibu yang melahirkannya. Penghormatan, cinta, dan kasih yang dicurahkan pada detik-detik terakhir jelang dikafani, dishalatkan, dan dibawa ke tempat peristirahatan yang abadi sungguh teraba hingga denyut kalbuku... Subhanallah, mendengar tekadnya untuk membahagiakan sang ibu mertua hingga ajal menjemput, laksana mengingatkanku akan keindahan tiada tara hubungan harmonis dua anak manusia yang selama ini acapkali lazim berseteru. Ah, aku jadi merenung, sudah seberapa jauh darma baktiku kepada ibu mertuaku seorang, sudah seberapa menyatunya hati kami...
Satu hal pasti, Allah sedemikian bijak merancang skenario malam itu untukku, untuk kami berdua, untuk kami semua...
***
If you are ever going to love me
Love me now while I can know
The sweet and tender feelings
Which from true affection flow
If you have tender thoughts of me
Please tell me now
If you wait until I am sleeping
Never will be death between us
And I won't hear you then
Love me now while I am living
Do not wait until I am gone
And then have it chiseled in marble
Sweet words on ice-cold stone
So if you love me, even a little bit
Let me know while I am living
So that I can treasure it
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
6 comments:
bicara soal ibu selalu membuatku mewek terharu mbak...hhuuaaa.....iibbuuu...
Ibu mertua saya sayang banget sama saya....begitu juga dengan bapak mertua. Ssst...saya punya satu buah buku pemberian Bapak mertua yang...(rahasia), beliau wanti2 pada saya untuk tidak memberitahu kepada menantunya yang lain...
Buat saya, Ibu kandung atau ibu mertua, sama saja, keduanya patut di bekteni...
Iya mbak, bicara ttg ibu memang seolah memasuki wilayah plg sensitif ya? Duh mbak Ayik beruntung banget ya, disayaaang sm mertua :) Hm, hrsnya memang prinsipnya "memberi cinta tanpa pamrih" ya, maka cinta itu akan terbalas dg sendirinya...
aku suka banget sama puisinya mba
Makasih utk apresiasi puisinya, tp itu bukan ciptaanku, kudapat dr teman, "No Name" pengarangnya :) Aku jg suka banget puisi ini, makanya sdh beberapa kali kukutip :)
Bu Diana, untuk semua yang sudah ibu dan Pak Zuki berikan pada kami; doa, perhatian, material, dan spiritual, dalam acara obituari ibu kami Minggu, 9 November 2008 lalu. Kami mendoakan semoga keluarga Ibu dan Pak Zuki diberi kebaikan yang sempurna di sisi Allah.
Post a Comment