Suatu hari,ketika masih SD, anakku pernah bercerita tentang temannya yang gemar sekali membagi-bagikan uang, termasuk kepadanya. Tidak banyak sih, hanya seribu rupiah, namun rutin,nyaris setiap hari. Untuk seorang anak yang tidak dibekali uang saku, diberi uang gratisan begitu tentu amat sangat menyenangkan. Namun yang membuat kutergelitik untuk menelisik lebih lanjut adalah apa alasan temannya begitu royal laksana Robin Hood, menghambur-hamburkan uang kepada khalayak ramai? Ada apa gerangan? (ah dasar psikolog kali ya, semua ditelaah dari kacamata psikologis, hehe...)
Selidik punya selidik, si A -- katakan saja begitu -- bukan seorang anak yang populer di kelas, justru dia termasuk anak penyendiri dan tertutup. Teman yang cukup dekat dengannya nyaris tak ada dan bisa dihitung dengan jari. Mungkin baru belakangan disadarinya tentng kondisi dirinya ini, dan dia melakukan upaya "membeli persahabatan" dengan bermurah hati berbagi uang jajannya yang mungkin lumayan besar untuk anak seusianya.
Aku kasihan, sangat kasihan, dengan si A. Tidakkah dia menyadari bahwa sebuah cinta yang tulus, persahabatan yang sejati, tidak akan pernah sanggup deibeli dengan sebuah 'kemurahan hati' palsu? Dan yang kian membuat trenyuh adalah bahwa fenomena ini ternyata tidak hanya terjadi pada usia kanak-kanak, tetapi juga kemungkinan berkembang di saat seseorang sudah menginjak usia dewasa. Aku pernah beberapa kali menghadapi orang-orang seperti ini, menjejaliku dengan banyak hadiah, sementara rasanya aku tidak punya sekeping kecocokan cara pandang, hobi, atau apalah yang bisa kumunculkan untuk jadi respek dengan dirinya. So, hadiah-hadiahnya ya sekedar benda mati saja, memori tak bermakna dan tak bernyawa...
Adakah teman-teman punya pengalaman serupa? Ayo bagi dong ceritanya...
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
4 comments:
pertanyaan yang mungkin perlu dipikirkan, apakah ada yang kita bisa lakukan untuk menolongnya? Mencoba berempati, menjadi sahabatnya, mencoba menemukan sesuatu yang sama (common), mendoakannya, atau apa ya ... :)
sedih ya dengernya..masih anak2 udh 'membeli persahabatan'. Mudah2an gak berlanjut sampai dewasa..mudah2an orang tua & orang2 di sekitarnya bisa memberi pengertian ttg pertemanan..
oya..salam kenal ya Mbak :)
dulu waktu di SD saya juga punya teman yang seperti itu,Di...dia tak sadar bahwa taman-teman menjauhinya karena ternyata dia itu punya perilaku yang tak disikuai oleh teman2nya, ketika dia sadar dia miskin teman, maka dengan 'kekayaan'nya dia mencoba membeli teman2nya...
dan seingatku, saat itu aku termasuk segelintir murid dikelas yang 'tak terbeli', biar masih kecil ternyata aku sudah punya harga diri ya...qiqiqi
Hehe, mbak Ayik sdh nunjukin kualitasnya sjk piyik ya, heibat lho! Bener sih Bang, dia kudu dikasih tahu & didoain, mdh2an sadar perbuatannya keliru :)
Lam kenal jg mbak, thx sdh sudi mampir ke gubuk ceriaku :D
Post a Comment