Wednesday, February 27, 2008

HARE GENE BELUM PERNAH MAKAN DI WARTEG??

Warteg, konotasi apa yang terbayang di benak kita mendengar kata ini? Sederhana, 'ramesan', bangku-bangku kayu panjang, kumuh, atau mungkin iiih, ogah ah makan di situ? Yah, aku sih ngga bisa menyalahkan orang yang berpikiran negatif dengan warteg, mungkin saja memang itulah stereotipe umum yang terbangun subur selama ini.

Melalui perjalanan panjang dan penuh liku (cie, puitis ngga??), setelah merasakan aura sekaligus rasa hidangan dan embel-embel lain (kebersihan, senyum ramah, kerapian, de el el), akhirnya tibalah kami pada kesimpulan bahwa ternyata, sekali lagi ternyata, tidak semua warteg layak menyandang predikat "kumuh dan zorrok". Ada kok warteg yang oke banget, sehingga ngangeni kami untuk selalu datang dan datang lagi.

Mungkin hampir tiap bulan atau paling sedikit 2 kali sebulan, pada hari Ahad, seusai menggenjot sepeda dengan semangat 45, berlabuhlah kami di sebuah warteg depan pasar. Sang Ibu pemilik warteg dengan ramah selalu menyapa, anak-anak tak pernah luput disapanya, mau pesan apa. Sabar, penuh senyum, tidak tergesa-gesa atau memburu-buru bila kami merenung terlampau lama soal menu (ini mau ngelamun apa makan sih??). Sederhana ya pasti (kalau ngga, of course dia udah sulap jadi resto atau bistro), tapi pemandangan apik dan bersih itu selalu tampak. Dan yang paling menakjubkan tentu ketika makan di warteg adalah harga yang fantastis murah buangets! Contohnya ketika pekan aku terkapar itu, suami menyuruhku untuk sekalian beli menu makan siang, dan total jenderal dengan menu sarapan (2 mi goreng plus telur dan 2 nasi rames) hanya 24 ribu! Subhanallah, aku sampai bolak-balik meminta si mbaknya untuk menghitung ulang, ya kenanya cuma segitu.

Bisa aja sih ada yang berkilah aah, mungkin cuma segelintir warteg yang kayak begitu, kebanyakan mah ngga asyik. Kan bisa aja kita seleksi dulu, liat penampakan luar (emang hantu, hehe...) juga gimana sekilas lingkungan sekitarnya. Itung-itung sedekah lah, sekalian bantu perekonomian rakyat kecil, jangan cuma makan di tempat-tempat 'sophisticated' en bergengsi semacam Pizza Hut, JCo, ataw yang lainnya.

3 comments:

zuki said...

hidup warteg!!! :-P

Anonymous said...

kalau di kampungku sono biasa mbak orang makan di warteg, mungkin karena kota kecil ya , ada sih matahari mall dengan california fried chickennya, kayaknya dulu nggak begitu laris, sempat tutup soalnya, terus buka lagi.

Anonymous said...

Wadduh... jadi 'tersindir' nih. Hihi...
btw, bbrp waktu lalu, sempat ke sebuah warung mpek-mpek yang (kata saya sih) asyik juga. Mpek-mpeknya berasa banget, ya ikannya, pa pedasnya. Passs deh. Pelayanan mah standar deh. Tapi setelah pernah melihat seekor tikus melintas di wilayah dapurnya, seorang teman saya nggak mau lagi diajak makan ke sana. Haha...!