Acapkali kita berfikir terlalu rumit dalam mencerna ritme hidup ini, padahal semua itu bisa diawali dari keseharian yang kita jalani. Ketika kita menyapu halaman, memandangi dedaunan yang berguguran, langit yang mendung menggantung, sebenarnya kita tengah dihadapkan pada drama kehidupan itu sendiri, bahwa hidup senantiasa seperti roda yang bergulir, kadang di atas, kadang pula di bawah, berpasangan antara suka dan duka, dan usia tua yang menjelang kala muda sudah berlalu, dan menyongsong ketiadaan...
Seperti itu pula yang sepatutnya bisa dihayati ketika kita melakukan aktivitas olahraga. Tatkala kita kayuhkan tangan dan kaki saat berenang, coba nikmati tiap ayunannya, insya Allah akan sangat berbeda dengan saat kita melakukannya tanpa penghayatan tanpa makna.
Alangkah nikmatnya, coba bayangkan betapa lebih terasa takzimnya waktu kita berlama-lama mengadu kepada-nya, tidak sekedar ritual ibadah belaka, sekedar memenuhi kewajiban kita sebagai hamba-Nya. Meresapi tiap kalimat indah-Nya yang termaktub dalam kitab suci-Nya, merenunginya, merasakan betapa kecil dan tidak berartinya kita di hadapan Allah, membuat tiada celah bagi kita untuk bersikap digjaya atau takabur.
Mau mencoba?
Friday, February 22, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 comments:
siaaaaap!!! :)
wah aku sering mbrebes mili mbak akhir2 ini kalau pas sholat malam, tapi damai rasanya, bisa rutin lagi berdialog vertikal sepertiga akhir malam. Kita ini siapa sih ya dibandingkan dengan yang di atas ?
*elyswelt*
Post a Comment