"Wah, besok ya Kak? Ngasih apa nih kita?"
"Tau, yuk tanya Mama..."
"Psst...., gimana? Beli aja sama Mama ya?"
"Jadi patungan berapa-berapa nih?"
"Harganya 30 ribu, bagi 2 jadi 15 ribu per orang."
Dan wuzzzzz, berlarilah 2 orang ini mengambil tabungannya, diangsurkan padaku sejumlah 15 ribu, dan 'barang idaman' pun berpindah tangan, pagi itu, di sela kehebohan bersiap ke sekolah. Tapi ternyata 'upacara' ini belum usai...
"Dik, sini nyumbang seribu lagi, kakak mau beli bungkus bunga-bunga."
Si adik enteng aja mengangsurkan selembar ribuan (lagi) ke tangan kakaknya, siip dah...
"Eh Yusuf, sst...nya disimpan aja di lemari dulu ya, nanti ketahuan Papa lho."
"Ok."
Wuzz... kabur lagi dia ke atas, aku cuma bisa geleng-geleng bercampur geli melihat antusiasme mereka...
***
Pulang sekolah, anak-anak tidur siang sebentar. Dan sore itu, si kakak kembali sibuk dengan bungkus bunga-bunga dan segepok koran. Ini ngapain sih, dari tadi ceritanya full-misteri begini?? Hehe, tunggu dulu donk, sabar ya...
Dipatut-patutnya ukuran kertas dengan dus psst...nya, dan...
"Yaah Ma, ngga muat kalo pake dus susu, ganti aja ya?"
"Ya udah, ngga papa Nak, boleh aja."
Lantas, sibuk lagi dia -- sambil diawasi sang adik -- dengan koran-koran lama, dibungkusnya dus kecil itu satu persatu sehingga makin lama makin 'membesar', barulah ditutup dengan bungkus bunga-bunga tadi.
Eng ing eng, alhamdulillah jadi deh kado cantik usil bikinan anak-anak untuk... Papanya tercinta yang sedang milad alias ultah. Dasar anak-anak, jiwa isengnya muncul, ya koran lah diuntel-untel untuk kamuflase ukuran kado, ya bungkus bunga-bunga (pink lagi, hehe...) yang udah pasti ngga matching dengan ke-macho-an (halah, ini bahasa ngawur pisan!) Papanya. Anyway busway, tetep aja yang muncul kuat ke permukaan adalah betapa mereka -- dengan caranya yang unik bin antik -- menyayangi Papanya.
Bukan sekali ini Papanya jadi korban, aku malah paling sering jadi sasaran tembak (untungnya 'nyawaku' banyak, hehe... I'm still alive :)) Entah dihadiahi pas hari Ibu dengan aneka ragam bentuk, dari buku notes, pulpen fancy, atau sekedar torehan karya mereka. Apapun, semua terasa spesial karena kerusuhan gembira yang dilakukan kedua juniorku ini. Memang sih suatu kali ada efek sampingnya, yaitu curhat si adik bahwa dia merasa ditodong si kakak untuk urunan ("itu, kakak minta 10 ribu ke Yusuf, uang Yusuf jadi kurang deh", sambil mukanya ditekuk dan mulutnya cemberut). Ya udah, demi keamanan dan ketentraman bersama, kuganti uangnya sambil melipur laranya.
Aah, buat anak-anak, cinta bisa diwujudkan tanpa banyak tanya dan perenungan, tidak serumit yang dipikir para manusia dewasa. Setuju??
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 comments:
setujuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu ..... :)
bener mbak, anak2 itu polos dan lugu, kalau bertengkar cepat akur lagi, beda sama orang dewasa, angel tenan wawohe :D
titip salam ultah buat Pak Zuki!
Post a Comment