Tuesday, December 18, 2007

SEKOLAH KEHIDUPAN DI GEMERINTIK HUJAN...

Hari Ahad biasanya menjadi hari olahraga buat kami sekeluarga, selain juga sebagai ajang untuk bercengkrama satu sama lain, melepas rutinitas harian, lebih nyantailah...

Tapi Ahad kemarin, sejak semalam hujan sudah mengguyur deras wilayah Depok. Jelang pagi memang sudah jauh berkurang, tersisa rintik-gemerintik yang terus menabuh tanah dan genting. Sempat terpikir, waah... ngga jadi deh olahraga outdoor (biasanya sih bersepeda (konvoi masing-masing satu orang satu sepeda, lengkap dengan helm warna-warni), renang di Laguna, atau main badminton dan bola sepak sambil cari jajanan di depan Pesona Kahyangan), apalagi kebetulan pula suami masih terlelap karena lelah.

Ketika dia terbangun, tiba-tiba saja terlintas ide untuk menjelajah wilayah seputar perumahan sambil jalan kaki. Hap hap, ganti baju olahraga, berbekal topi dan payung, mulailah kami napak tilas. Sesekali hujan agak menderas, payung pun terkembang. Tidak pernah lupa menghitung kucing yang melintas, sesekali kami didahului pemulung. Mengais-ngais sampah, menyimak apakah ada yang masih bisa dijual, untuk makan. Subhanallah, niat olahraga mencari sehat bisa berkembang jauh, anak-anak dan juga kami bisa sekalian belajar tentang kehidupan, jalanan menjadi "school of life". Betapa kami disadarkan untuk selalu menghatur syukur kepada-Nya, tidak perlu melewati periode harus berjibaku dengan sampah untuk bisa makan sekepal nasi, mungkin tanpa lauk. Juga saat kami menyaksikan tinggi air sungai yang membelah perumahan, yang jika saja hujan besar 1 jam, dalam sekejap bisa menciptakan banjir! Dan warga di depan gerbang pun harus bersiap-siap memasrahkan rumah plus perabotnya diterjang air selama bebrapa jam/hari...

Sempat juga kami sowan ke pemakaman di belakang kompleks, mengamati cukup banyak nisan-nisan berukuran kecil, membaca keterangan (ada bayi usia 1-3 tahun, juga makam orang yang berusia panjang, hampir 90 tahun). Anak-anak yang mulanya menolak, akhirnya mau juga singgah, setelah papanya mengatakan, supaya kita ingat mati nak, supaya kita siapkan bekal yang cukup untuk dibawa ke sana... Akujadi teringat pernah membaca tentang sekelompok warga di Jawa Tengah (Bonoloyo ya? waduh, lupa nama pekuburannya) yang setiap hari tinggal di antara batu-batu nisan, bukan karena mereka pemberani, tapi karena mereka tuna wisma, terpaksa menetap di sana karena tidak punya rumah!

Alhamdulillah, banyak 'pelajaran' yang bisa dipetik dari jalan pagi kami, dan insya Allah meresap pula hingga ke sanubari anak-anakku, hinga mereka tidak hanya cerdas secara akademik, tapi cerdas pula mencerna kehidupan dan selalu bersyukur di tiap hela nafasnya. Aamiin...

3 comments:

zuki said...

subhanalloh ... begitu banyak nikmat yang dikaruniakan kepada kita, kalau saja kita insan yang bersyukur ...

Anonymous said...

Subhanallah... senangnya bisa 'sekolah' dari alam dengan guru yang begitu dekat dan akrab. Putra-putri mbak Diana dan bang Zuki, disadari atau tidak, pasti akan mencatat moment hari itu di kalbu, menjadi sesuatu yang berharga. Semoga jadi amal shalih.

Vaye said...

alhamdulillah, selalu dapat pencerahan kalau mengunjungi blog ini :)

btw, vaye selalu mampir lho mbak, cuman ga komen aja, abis tulisannya sudah sangat sarat hikmah :)