Termangu, kata seolah terkunci mati tak terucapkan, hanya tatap yang tersisa...
Hari itu kusaksikan lagi seorang perempuan perkasa, pengarung hidup penuh cabik dan luka, namun anehnya, dia tersenyum, cantik, teramat cantik, yang aku sendiri tak berani membayangkan masih sanggup tersenyum tulus di sela duka-derita yang menderanya selama sekitar dua puluh tahunan ini. Subhanallah, apa lagi skenario yang Allah hibahkan kepadaku, melalui perjumpaan dengan dia? Sungguh tanda tanya besar, maha besar...
"Menurut logika akal sehat, semestinya aku sudah mati bertahun lampau mbak, atau paling tidak, setengah gila, dihadapkan pada perkawinan semacam ini."
Ya, bagaimana tidak, dia menaruh harapan teramat banyak pada suaminya, tatkala menikah dengannya. Manusia kelas atas, level ustad, malah gurunya ustad kondang, tentu tidak salah dia memiliki angan-angan perkawinan yang sempurna, mendekati sempurna. Tapi ternyata hanya asa semu semata yang terpampang di hadapannya, pahit sepahit empedu, karena perlakuan suami yang tidak amanah. Dan ketika semua itu harus berakhir dengan perceraian, dan dia harus membawa beberapa anak, sesungguhnya dia masih punya keping asa tersisa, bahwa kelak akan ditemuinya kebahagiaan yang didamba dari suami keduanya.
Bahagiakah dia? Bahagiakah dengan perkawinan selanjutnya, dengan suami barunya? Ternyata pahit itu masih harus dicecapnya, untuk sepuluh tahun berikutnya, entah untuk
berapa tahun ke depan... Banyak aib suami yang ditutupinya, hingga perlahan terkuak dan diketahui keluarga besar, dan anjuran bertubi-tubi untuk bercerai berulangkali disuarakan. Tapi mengapa dia memilih untuk bertahan, mengapa??
Ada tanya di hati, jika cinta bisa membuat seorang perempuan bertahan pada satu lelaki, mengapa cinta tidak bisa membuat lelaki bertahan dengan satu perempuan?
"Aku sadar mbak, aku membuat kekeliruan. Kekeliruan terbesar dalam hidupku, yaitu 2 kali aku menggantungkan harapanku pada manusia, dan 2 kali pula aku terjerembab. makanya Allah marah, marah besar kepadaku, sehingga Dia berikan aku cobaan sebegitu besar. Dari kejadian ini aku merenung, jangan pernah kita berharap pada manusia, karena manusia takkan pernah sempurna. Kekeliruanku yang lain adalah perasaan memiliki, padahal itu tidak boleh, karena sepatutnya tiada satupun makhluk-Nya saling memiliki, hanya sebatas menjaga amanah, bertanggung jawab. Melalui perenungan itu aku bersyukur, Dia juga teramat sayang, kurasakan sekali kasih sayang-Nya, masih mau Gusti Allah membuka pintu hatiku. Meski buat mata manusia mungkin perlakuan suamiku sudah melampaui batas untukku menyerah, biarlah aku menyerah pada takdir-Nya. Aku ingin ridha, ikhlas betul menerima apapun, apapun takdir-Nya, apakah nasibku akan terus terkatung-katung seperti ini, atau berakhir seperti pernikahan pertamaku, wallahu'alam..."
Indah nian kata-katanya, bernas berisi. Hanya berharap kepada Allah, benar-benar hanya bergantung asa dan impian kepada-Nya, tanpa kecuali, tanpa pesaing, Dia dan hanya Dia. Dan katanya, hari-harinya berjalan dengan ringan, penuh rasa syukur, meski kalau mau diturutkan nafsi-nafsi manusia, katanya, dendam bisa teramat sangat membara, namun alhamdulillah, bisa pupus sirna oleh ingatan akan janji-janji Allah yang maha pasti, tentang surga, tentang sungai-sungai yang mengalir, sungai susu, sungai madu, dan haqqul yakin ditepati, tanpa syarat... Tanpa terasa, mata ini basah, penuh beranak sungai.
Duh Allah, selayaknya dialah sang terpilih, bukan mantan suami dan suaminya yang digelari ustad oleh segerombolan manusia. Bagaimana bisa seorang ustad, guru yang dielu-elu, mampu melupakan sepotong hadits Rasulullah, bahwa sebaik-baik lelaki adalah yang terbaik dalam memperlakukan istri?
Aku tahu jawabannya, dia terpilih karena dia mulia di hadapan-Mu, karena dia yakin bahwa "aku bukan perempuan biasa..."
Astaghfirullah... Astaghfirullah...
Alhamdulillah, puja-puji hanya layak, teramat layak hanya dialamatkan kepada-Nya, yang telah cermat menyusun potongan hidupku bersua dengannya, seorang perempuan luar biasa...
----
“Jika cinta bisa membuat seorang perempuan setiap ada satu lelaki, kenapa cinta tidak bisa membuat lelaki bertahan dengan satu perempuan?” ("ISTANA KEDUA", ASMA NADIA)
Ya Allah,
jika aku jatuh cinta,
jagalah cintaku
padanya agar tidak melebihi cintaku pada-Mu
Ya Allah,
jika aku jatuh hati,
izinkanlah aku
menyentuh hati seseorang yang
hatinya tertaut pada-Mu,
agar tidak terjatuh aku
dalam jurang cinta semu.
Ya Rabbana, jika aku jatuh hati, jagalah hatiku
padanya agar tidak berpaling pada hati-Mu.
Ya Rabbul Izzati, jika aku rindu, rindukanlah aku pada
seseorang yang merindui syahid di jalan-Mu.
Ya Allah, jika aku rindu, jagalah rinduku padanya agar
tidak lalai aku merindukan syurga-Mu.
Ya Allah, jika Kau halalkan aku merindui kekasih-Mu,
jangan biarkan aku melampaui batas sehingga melupakan
aku pada cinta hakiki dan rindu abadi hanya kepada-Mu.
(Puisi Erwin Arianto, "Ya Allah, jika aku jatuh cinta..."
Friday, March 28, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
4 comments:
“Jika cinta bisa membuat seorang perempuan setia pada satu lelaki, kenapa cinta tidak bisa membuat lelaki bertahan dengan satu perempuan?” ("ISTANA KEDUA", Asma Nadia)
Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.(Al Quranul Kariim, Q.S.4, An-Nisaa:3)
Memang bukan perintah dari Allah bagi laki-laki untuk menikahi lebih dari satu istri, tapi karena ayat ini tercantum dalam Al-Quran yang merupakan sumber hukum tertinggi bagi umat Islam, pastilah Allah memberikan kemampuan kepada kaum Adam untuk bisa mencintai lebih dari satu wanita. Maaf, bila komentar ini kurang berkenan.
menyentuh sekali mbak cerita di atas
Mbak Diah: it's ok kok komentar mbak :) Aku mengutip kalimat Asma lebih krn situasinya cocok dg kisah nyata yg kupaparkan, begitu...
Dengan setulus hati saya berdoa...semoga Allah tidak mengharamkan sejengkalpun tanah surga untuk perempuan itu atas segala kesabaran dalam tiap butir air matanya....
Post a Comment