Petualangan Kamisku kali ini ialah Gudang Buku di Pasar Festival Kuningan. Setelah berjibaku dengan kemacetan ruarr biazza "Jakarta oh Jakartaku..." yang kian akut (1,5 jam Depok - Komdak, wow!), alhamdulillah akhirnya aku berlabuh juga. Asyik sekali dikepung buku, majalah-majalah lama, komik anak-anak, intip komik Agatha baik yang versi Inggris maupun terjemahan, buku-buku kuno, kaset dan CD musik macam Megadeth (plis deh, hehe... out of my style :)), de el el. Singkat cerita, sesudah berkubang di lautan buku itu selama 1,5 jam juga (rugi lah yaw kalau cuma sebentar, nelongso di jalan ajah...), aku pun berpulang eh...maksudnya pulang ke haribaan rumah tercinta. Berdasar juklak dari mas penjaga Gudang Buku, rute perjalanan pulangku agak berkelok. Naik Kopaja, turun Casablanca, nyambung mikrolet, terus naik kereta deh ke Depok, hm... sound's great lah, ketimbang harus berpeluh-peluh dengan kemacetan lagi, maless...
Singkat cerita, sambil menanti kereta datang, aku duduk manis (manis nih yee...) di kursi ala stasiun yang tersedia, alhamdulilah sembari menenteng jambu biji 2 kg hasil celingak-celinguk sebelum masuk peron (eh mbayar lho, bukan hasil nyamber, hehe...). Naah, mulai deh naluri psikologku beraksi, asyik mengobservasi tingkah polah orang-orang yang berseliweran di stasiun Tebet ini. Banyak yang tidur dengan aneka posisi, ada mbak-mbak sibuk mengunyah tanpa henti, ibu-ibu belanja kue lupis (hm, yummy pasti, apalagi membayangkan disiram gula merah, slurrp...), mbak-mbak di sebelahku dengan tas super mega besar (hiperbolis banget ya? Tapi beneran lho, guedhe sekali, entah isinya apaan), sepasang suami istri paruh baya, dan pasangan ibu-anak. Anaknya masih SD, sepantaran anak keduaku, perempuan, manis dan lincah. Bolak-balik dia tanya ibunya, dan sang ibu sabaar aja menjawab dengan lembut. Mereka duduk di sebelahku, dan dengan singkat obrolan pun mulai mengalir.
Mereka tinggal di Bojonggede, dan ini merupakan perjalanan rutinnya tiap hari menuju sekolah putrinya di sekitar Otista, Jakarta Timur! Kok bisa ya?? Ternyata mereka dulunya tinggal di Otista kemudian pindah ke Bojong, namun putrinya menolak pindah sekolah, sudah kadung senang di sekolah itu. Dan akhirnya sang bunda pun rela mengorbankan hari demi harinya demi putri tercinta. Setiap hari dia bangun pukul setengah 4 pagi untuk beberes dan memasak, jam 5 berangkat ke stasiun untuk naik kereta setengah 6, menunggui anaknya sepanjang jam belajar, pulang jam 12, dan paling cepat sampai rumah jam 1, itupun jika kereta tidak berjubel. Sehabis makan siang di rumah, dia harus mencuci pakaian dan menyetrikanya. Subhanallah... Seingatku, aku belum pernah melakukan pengorbanan seperkasa itu demi anak-anakku, layaknya ibu ini. Benar-benar "inspiring woman" buatku...
Ternyata di dalam kereta, aku bertemu kisah lain, yang ini mah superkocak. Seorang nenek yang duduk di sebelahku mulanya tampak tertidur dengan lelapnya. Yang bikin kaget, ketika beliau terbangun, dengan roman wajah agak bingung, bertanya kepadaku,"Cikini udah lewat ya?" Coba siapa yang ngga kerasa kesamber petir? Wong ini kereta tengah seru-serunya merayapi area Pasar Minggu, lha nenek ini anteng aja nanya Cikini? Langsung tuing-tuing deh aku, bingung mau nolongin beliau. Yang bikin gubrax banget (pinjam istilahnya mbak Vaye) adalah komentarnya menanggapi kepanikanku, lembut, tanpa nada grasa-grusu, cool deh pokoke,"Eh bukan deng, saya dari Cikin, mau pulang ke Depok kok." Duh, legaaa deh, apalagi lihat nenek itu tersenyum maniiz sekali. Ampuuun...
Benar-benar episode campursari di Jabotabek, seru deh! Ayo sesekali tinggalkan mobil AC Anda yang super nyaman, naik kereta rakyat, dan rasakan sesuatu yang berbeza dari biasa. Enjoy the difference, trust me!
Lebih asyik kalau ngajak anak, istri/suami, emak-babe, tetangga, halah, sekalian aja sewa kereta kayak Hamsad Rangkuti waktu nikahin anaknya, hehe... ;p
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
4 comments:
wah belum denger nih soal Hamsad Rangkuti ... ayo cerita lagiiiii :-P
Hehe, dikasih pe-er tulisan sama Bos nih, ok deh, insya Allah ya...
Asyik nih. Cerita biasa, sebetulnya, tapi dikemas dengan asyik, jadi luar biasa nih, mbak Diana. Ditunggu ya, cerita-cerita harian lainnya. ;)
kalo aku naik kereta sendirian jadi inget suami, paling enak naik kereta berdua ya mbak
Post a Comment