Thursday, January 31, 2008

PERGILAH KE MANA HATI 'KAN MEMBAWAMU...

Dan kelak,
di saat begitu banyak jalan
terbentang di hadapanmu
dan kau
tak tahu jalan mana yang harus
kauambil,
janganlah memilih dengan
asal saja,
tetapi duduklah dan
tunggulah sesaat.

Tariklah napas
dalam-dalam,
dengan penuh kepercayaan,
seperti saat
kau bernapas
di hari pertamamu di dunia ini.
Jangan biarkan
apa pun mengalihkan
perhatianmu,
tunggulah
dan tunggulah lebih lama lagi.

Berdiam dirilah,
tetap hening,
dan dengarkan hatimu.

Lalu,
ketika hati itu bicara,
beranjaklah,
dan
pergilah ke mana hati membawamu...

(dikutip dari buku: Pergilah Ke Mana Hati Membawamu -Va' Dove Ti Porta Il Cuore)

Wednesday, January 30, 2008

SUPER ERROR BERAKSI!

Ada seorang super hero wanita, jubahnya berkibar-kibar ditiup angin, dia bertopeng, memakai jilbab menutup aurat, rok pendek dipadu celana panjang. Cool tampangnya, ehm... Tiap kali dia menjumpai orang-orang yang terlampau serius, segeralah dia beraksi. Dicubitnya pipi 5 kali, cubit dahi-dagu 3 kali, nanti tuing... orangnya akan penyek ke bawah alias jadi kerempeng seperti lidi, kemudian dia pun berubah jadi error alias lucu dan suka ketawa. Mottonya adalah "Akulah Super Error, pemberantas keseriusan!" Jreng...

Apakah ada di antara Anda yang mengenalinya? Tidak? Yah, aku bisa memahami keheranan Anda semua, karena... sang superhero ini adalah tokoh rekaan murni maha karya para pemikir cilik di rumahku, duet maut kakak dan adiknya, hehe... Wallahu'alam apa yang menggugah inspirasi mereka hingga bisa melahirkan karya jenius (maklum, ibunya gitu lho :P...) sedemikian kompleksnya. Tapi tahukah Anda, setelah dikilik-kilik, keluarlah pengakuan jujur mereka, bahwa sumber idenya adalah ke-error-an aku! Masya Allah nih anak-anak...

Jadi ceritanya, mereka mengamati bahwa selama ini aku tuh suka panikan, grasa-grusu, lupa menaruh barang, atau tiba-tiba aja manggil kenceng-kenceng membelakangi lensa padahal yang dipanggil tepat berada di belakangku, atau semacam itulah! Buat anak-anak, kayaknya jarang atau malah mungkin tak ada duanya ibu sepertiku (macam barang langka deh, ngga diproduksi lagi, kayak lawakan Srimulat aja ya, hehe...). Jadilah aku bahan gosipan plus bisik-bisik and cekikikan tak ada habisnya oleh juniorku sendiri. Antara bangga, dongkol, hidung kembang-kempis dan mata melotot (bisa ngga dipraktekkan?). Yah, overwhelmed lah pokoke...

Nah, suatu hari, aku lupa kapan tepatnya, dengan sumringah plus minim rasa bersalah, mereka memamerkan hasil karyanya, dituangkan di beberapa carik kertas, ada tokoh kartun sebagaimana kugambarkan di atas, hitam-putih, yap... pokoknya lengkap deh dengan story-boardnya! Hihi, ada-ada aja yah... Subhanallaah... Kayaknya sih si kakak sang 'motornya' alias sutradara -- dia trampil menggambar -- dan si adik jadilah pelengkap penderita dan rusuh-rusuhnya :)

Pernah sih kusindir,"jadi ngga mau nih punya mama model gini (huss, bukan foto model lho...)?" Eh, nakal deh, mereka cengar-cengir dulu, baru jawab," ah, ngga, ini aja, udah cukup. Asyik soalnya..."

Ahh, langsung keduanya kupeluk erat-erat dengan haru dan senang, kayak balon, bedanya ngga warna-warni aja, hehe...

I love you, both of you, mmoahh...

Tuesday, January 29, 2008

KALAU SAMPAI WAKTUKU...

Selasa pagi ini SMS dari suami tercinta masuk ke HPku, mengomentari isi blog-ku kemarin yang terkesan serius, membahas kematian dan seberapa jauh aku bersiap untuk itu.

Entah ya, buatku, seolah kematian itu bukan sesuatu yang asing, jauh tak tergapai, di luar jangkauan. Mungkin juga semenjak dulu aku sudah tahu riwayat hidupku, yang pernah begitu teramat dekat dengan malaikat maut. Kata ibunda, waktu kecil aku pernah koma terkena demam tinggi, sedemikian mengkhawatirkannya hingga beliau khusus menorehkan penanya di sebuah buku, mencurahkan doa dan harapan, kegelisahan, dan ketakutannya akan kehilangan putrinya. Allah mendengarkan doa tulusnya, dan alhamdulillah, diberinya aku 'bonus' usia hingga detik ini. Subhanallah, padahal aku bukan siapa-siapa...

Jadi, bila bagi sebagian orang, kata kematian begitu menyeramkan, tapi tidak bagiku. Sudah terlampau banyak kepulangan orang-orang terdekatku, hilir-mudik seolah menanti giliran. Rasa kehilangan itu pasti ada, butuh waktu untuk sembuh seperti sedia kala, namun seperti telah kututurkan, yang lebih utama sekarang, cukupkah bekal yang sudah kutabung selama ini untuk menyongsong 'kehidupan baruku' kelak? Ah Gusti Allah pemilik segala kehidupan makhluk-Nya, rasanya tidak ada kata "cukup" termaktub di situ, aku harus terus menambah dan menimbun lagi amal baik hari ini. Agar ketika aku
harus berpulang menghadap-Mu, kutinggalkan dunia fana ini dan keluarga tercinta juga handai-taulan dengan senyum merekah...

Kalau sampai waktuku...

Monday, January 28, 2008

YANG TERAMPAS DAN YANG PUTUS

Inna lillaahi wa inna ilaihi raaji'un...
Dalam 1 pekan ini, paling tidak 2 kali aku tercenung. Awal pekan lalu, istri tercinta pak Hidayat Nur Wahid berpulang ke rahmatullah dalam usia relatif muda, 45 tahun, serta yang teranyar, kepergian pak Harto, presiden kedua kita. Jika suami tercinta menyoroti senyapnya liputan media saat wafatnya ibu Kastian, yang berbanding kontras dengan reportase nyaris tanpa henti tentang detik-detik pemakaman pak Harto, aku lebih tertarik dengan hasrat terpendam dalam diri untuk senantiasa bercermin, sudah siapkah kita dengan 'bekal' yang akan kita bawa?

Tiap kali kusimak berita duka-cita, entah kenapa angan ini selalu tergelitik untuk menghitung, tinggal berapa sisa jatah usiaku dibanding orang yang berpulang itu? Taruhlah usia ibu Kastian almarhumah yang menginjak 45 tahun, artinya jatahku tinggal 6 tahun lagi! Lalu ke mana akan kubawa sisa umurku ini? Hendak menapak ke mana ia? Ke jalan lurus milik-Nya dan penuh kerlip gemintang atau di jalan gelap-gulita? Sudahkah kurancang sedetil mungkin hal-hal terbaik yang akan kuperbuat? Astaghfirullah belum... Aku terlalu sibuk dengan urusan "today and right now", seputar cucian, masak apa hari ini, urutan tetek-bengek rumah tangga, sedang perihal saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran dengan pasangan hidup dan juga anak-anak, acapkali luput dari daftar! Padahal siapa yang tahu umur? Siapkah kita ditanya dalam sesi seleksi awal sesaat setelah kita dibaringkan dan dikubur dalam tanah?

Aku menangis dalam hati, mungkin aku tak akan pernah merasa siap. Namun Dia sungguh Maha menghargai jerih-payah hamba-Nya bukan??


YANG TERAMPAS DAN YANG PUTUS
oleh CHAIRIL ANWAR


kelam dan angin lalu mempesiang diriku,
menggigir juga ruang di mana dia yang kuingin
malam tambah merasuk, rimba jadi semati tugu

di Karet, di Karet (daerahku yang akan datang) sampai juga deru dingin

aku berbenah dalam kamar, dalam diriku jika kau datang
dan aku bisa lagi lepaskan kisah baru padamu;
tapi kini hanya tangan yang bergerak lantang

tubuhku diam dan sendiri, cerita dan peristiwa berlalu beku

Friday, January 25, 2008

PIKIRAN ADALAH DOA...

Kamis pekan lalu, aku menyempatkan diri ke Zoe Library di Margonda, Depok. Kuniatkan dalam hati, ya Allah, izikan aku mereguk ilmu dan hikmah dalam perjalananku kali ini, dan alhamdulillah, apa yang kudapat hari itu, sesuai benar dengan niat, Dia mengabulkan doaku.

Di salah satu majalah wanita yang kubaca, ada artikel sangat menarik. Judulnya "Mendesain Masa Depan". Tulisan tersebut sebagian berisi tentang buku "The Secret" yang mengupas hukum tarik-menarik yang berlaku di alam semesta ini, yaitu bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup sebenarnya ditarik oleh kita sendiri melalui isi pikiran kita. Juga dikemukakan pendapat beberapa ahli, salah satunya Erbe Sentanu (Quantum Ikhlas).

Pikiran kita sesungguhnya bersifat magnetis, punya frekuensi yang dikirim ke alam semesta dan akan menarik hal serupa ke arah kita. Artinya, tidak ada yang namanya peristiwa kebetulan, karena kejadian baik/buruk itu ditentukan oleh diri kita sendiri. Misalnya, ketika kita didera masalah, dan isi pikiran kita semata berisikan hal-hal negatif (tidak dapat pinjaman bank, takut di-PHK, dikejar-kejar debt-collector, dimarahi mertua, de el el) ataupun bayangan kegagalan apapun, justru secara tidak sadar menggiring kita untuk bertindak menuju pikiran negatif tersebut, yang notabene kian memperburuk dan mendatangkan lebih banyak hal-hal buruk dalam hidup.

Dalam artikel itu juga dibahas tentang emotional guidance system, emosi yang akan jadi penuntun kita untuk memilih dan memilah pikiran yang benar-benar jadi keinginan kita. Untuk itu, penting sekali kita mengasah kepekaan/intuisi, selain juga yang tak kalah penting harus diawali dengan rasa syukur/gratitude sebagai kunci utama kebahagiaan serta inner happiness, yaitu kembali ke pikiran yang tenang dan ikhlas. Mm, sejalan benar dengan pandnagan Erbe Sentanu bahwa di masa kini, banyak orang mencari kebahagiaan di luar dirinya, padahal sumber kebahagiaan itu adanya di dalam diri kita masing-masing, yaitu keikhlasan kita menerima apapun yang sudah digariskan Allah yang Maha Kuasa.

Hm, jadi serius banget ya? Cuma untukku pribadi, artikel ini sungguh membuka hatiku, tatkala kita sedang didera masalah, merasa sedih dan gundah-gulana tentulah sangat manusiawi, hanya saja, sebaiknya jangan terlampau diturutkan. Segera bangkit, ambil wudhu, dirikan shalat sunnah, mengadu kepada-Nya sepuas-puasnya, lalu menata hati dan alam pikiran kita, dan jangan lupa, usir pikiran-pikiran jelek yang kiranya bisa merintangi. Dunia terus berputar, rugi kan kalau kita terpuruk dalam kepiluan? Setuju?? Jadi, ayo bangun!

Wednesday, January 23, 2008

HAH, CUCI EMBER?

Setelah kemarin tulisanku agak-agak terlalu serius (idih, ngaku nih yee...), baiklah, kali ini "yang ringan dan yang lucu" tapi insya Allah tetap full hikmah.

Sebenarnya sih ini kisah biasa yang dialami sepasang pengantin baru. Namanya juga bersumber dari rumah yang berbeda, orang tuanya beda, pola asuh, kebiasaan, juga karakter beda, yang bedanya itu dari cuma beda-beda tipis sampai beda-beda banget gitu loh, senasib dengan 2 kutub berseberangan lah...

Naah ceritanya, aku punya kebiasaan kalau mau pergi pinginnya rapi jali itu rumah, supaya kalau pulang udah teler, istilah kasarnya tinggal bobo aja gitu, ngga perlu beres-beres. Parahnya, kebiasaan ini ditambah dengan sifat perfekku dan kebiasaan menunda hingga "the last minute". Kebayang kan betapa riuh-rendahnya detik-detik tiap kepergian kami ke luar rumah (entah ke rumah ibu/mertua, ke mall, atau sekedar nenangga)?

Yang termasuk daftar beres ketika meninggalkan rumah salah satunya adalah mencuci piring kotor. Waktu itu, di rumah kami yang masih model 4L (lu lagi lu lagi :p) alias tipe 45, pompa airnya non otomatis, jadi hanya waktu-waktu tertentu saja pompa itu menyala, biasanya jam 7-8 pagi dan 4-5 sore. Jadilah aku menampung air di sudut sempit dapur dengan ember biru. Dan entah kenapa, aku selalu tergelitik tiap selesai basuh-basuh piring kotor kok asyik juga sekalian basuh-basuh sang ember.

Mula-mula sih suami tercinta ngga komplain, dia cuma heran aja nih istriku kok ngga selesai-selesai nyuci piring? Tapi belakangan dia ngga tahan juga ngintip setelah lamaa nunggu di mobil, dan "hah, nyuci ember? Kapan berangkat say?" Jadilah aku tersipu-sipu dan buru-buru ngacir ke kamar untuk ganti baju.

Tapi entah kenapa, susah betul menghilangkan ritual itu (hayo ngaku yang juga perfeksionis, hehe...), dan terus-terang, stres juga plus dilematis. Untung aja suami sabar betul membimbingku, pelan-pelan sambil nyindir, "eh sayang, ngga nyuci ember dulu nih?", seraya kedip-kedip. Tanganku yang sudah meraih sang ember akhirnya dengan berat hati menaruhnya kembali ke TKPnya semula.

Sekarang sih sudah agak jauh lumayan berkurang, karena makin sadar kebiasaan dan sifat itu bikin makan ati sendiri. Malah suami yang kini suka terheran-heran,"lho kok itu piring ngga dicuci?" Hehe, pinginnya sih jawab,"ntar aja say, nunggu ember baru!" Gubrax bangets!!

Tuesday, January 22, 2008

STOP COMPARING, START FLOWING!

Sumber: Motivasi_net

Gede Prama memulai talkshow dengan bercerita tentang tokoh asal Timur Tengah, Nasruddin. Suatu hari, Nasruddin mencari sesuatu di halaman rumahnya yang penuh dengan pasir. Ternyata dia mencari jarum. Tetangganya yang merasa kasihan, ikut membantunya mencari jarum tersebut. Tetapi selama sejam mereka mencari, jarum itu tak ketemu
juga.

Tetangganya bertanya, "Jarumnya jatuh dimana?"
"Jarumnya jatuh di dalam," jawab Nasruddin.

"Kalau jarum bisa jatuh di dalam, kenapa mencarinya di luar?" tanya
tetangganya. Dengan ekspresi tanpa dosa, Nasruddin menjawab, "Karena
di dalam gelap, di luar terang."

Begitulah, kata Gede Prama, perjalanan kita mencari kebahagiaan dan keindahan. Sering kali kita mencarinya di luar dan tidak mendapat apa-apa. Sedangkan daerah tergelap dalam mencari kebahagiaan dan keindahan, sebenarnya adalah daerah-daerah di dalam diri. Justru letak 'sumur' kebahagiaan yang tak pernah kering, berada di dalam. Tak
perlu juga mencarinya jauh-jauh, karena 'sumur' itu berada di dalam semua orang.

Sayangnya karena faktor peradaban, keserakahan dan faktor lainnya, banyak orang mencari sumur itu di luar. Ada orang yang mencari bentuk kebahagiaannya dalam kehalusan kulit, jabatan, baju mahal, mobil bagus atau rumah indah. Tetapi kenyataannya, setiap pencarian di luar tersebut akan berujung pada bukan apa-apa. Karena semua itu, tidak akan berlangsung lama. Kulit, misalnya, akan keriput karena
termakan usia, mobil mewah akan berganti dengan model terbaru,
jabatan juga akan hilang karena pensiun.


"Setiap perjalanan mencari kebahagiaan dan keindahan di luar, akan
selalu berujung pada bukan apa-apa, leads you nowhere. Setiap kekecewaan hidup yang jauh dari keindahan dan kebahagiaan, berangkat dari mencarinya di luar," tegas Gede Prama.

Untuk mencapai tingkatan kehidupan yang penuh keindahan dan kebahagiaan, seseorang harus melalui 5(lima) buah 'pintu' yang menuju ke tempat tersebut.


Pintu pertama adalah stop comparing, start flowing. "Stop membandingkan dengan yang lain. Seorang ayah atau ibu belajar
untuk tidak membandingkan anak dengan yang lain. Karena setiap
pembandingan akan membuat anak-anak mencari kebahagiaan di luar,"
ujar Gede Prama.

Setiap penderitaan hidup manusia, setiap bentuk ketidakindahan,
menurut Gede Prama, dimulai dari membandingkan. Gede Prama
mencontohkan orang kaya berkulit hitam yang tidak dapat menerima
kenyataan bahwa dia berkulit hitam. Orang itu sering kali
membandingkan dirinya dengan orang kulit putih.

"Uangnya banyak, mampu mengongkosi hobinya untuk operasi plastik.
Sehingga orang yang hidup dari satu perbandingan ke perbandingan
lain, maka hidupnya kurang lebih sama dengan seorang orang kaya itu.
Leads you nowhere," kata Gede Prama dengan logatnya yang khas.

Karena itu, Gede Prama mengajak peserta ke sebuah titik, mengalir
(flowing) menuju ke kehidupan yang paling indah di dunia, yaitu
menjadi diri sendiri. Apa yang disebut flowing ini sesungguhnya
sederhana saja.

Kita akan menemukan yang terbaik dari diri kita, ketika kita mulai
belajar menerimanya. Sehingga kepercayaan diri juga dapat muncul.
Kepercayaan diri ini berkaitan dengan keyakinan-keyakinan yang kita bangun dari
dalam. "Tidak ada kehidupan yang paling indah dengan
menjadi diri sendiri. Itulah keindahan yang sebenar-benarnya!" kata
Gede Prama.

Monday, January 21, 2008

ARTI SAHABAT

Rasanya teramat sangat jarang kudengar seseorang tidak memiliki sahabat, paling tidak satu orang lah, tempat dia berbagi suka-duka, resah-gelisah, atau istilah kerennya yang sedang ngetop, curhat.

Alhamdulillah aku punya beberapa orang, entah dulu asal-muasalnya (kayak arca purbakala aja yah, hehe...) pertemanan sesama orang tua murid TK atau SD, sama-sama kuliah di Psikologi, atau sekedar sering jumpa di kolam (bukan atlet SEA Games lho... :)). Pada mereka, aku banyak sekali mendapat ilmu, informasi, seperti info tentang calon SMP untuk putri sulungku, tempat wisata kuliner, wisata belanja, tempat belanja buku-buku murah, atau malah... kursus gratis sulam pita dan payet! Hehe, lumayanlah, apalagi kalau mengingat biaya kursus ketrampilan begitu agak-agak menohok kantong gitu lho...

Satu hal baru yang belakangan kian kusadari adalah kehadiran para sahabatku ini ternyata bisa menguatkan, meneduhkan, bahkan menginspirasi untuk tegar dan senantiasa tersenyum menatap dunia, walau bagaimanapun buruknya situasi yang tengah kuhadapi. Contohnya, ada sahabatku punya anak 7 orang dan ketika aku hendak berkeluh-kesah tentang tingkah polah anakku, belum-belum aku sudah tertawa geli. Ya gimana ngga, kalau aku saja yang baru punya anak 2 orang sudah nyaris mengibarkan bendera putih tanda menyerah, lha gimana dia?? Tapi kok dia fine-fine aja tuh, tetap tebar senyum, wara-wiri dengan urusannya seabrek padahal nggga punya pembantu? Yah, ditelan lagi deh keluh-kesahnya :p
So, ada joke jenaka nih dari beberapa ustadzah jika mendengar pasutri yang bertengkar di antara mereka atau meributkan kenakalan anak semata wayangnya,"nah ibu-ibu, saya usul supaya punya anak/anaknya nambah lagi aja, biar ngga fokus ke situ aja pikirannya..." Haaah, nambah lagi?? Bagaimana, setuju?

Jadi, carilah sahabat sejati, tempat kita bisa bercermin sekaligus introspeksi, yang bisa mengajak kita menjadi manusia yang makin istimewa dari hari ke hari...

Thursday, January 17, 2008

COME PRIMAVERA

Ketika hati tengah galau, gundah-gulana beberapa hari lalu, kudengar lagu ini. Berasal dari album Il Divo, "Siempre", yah banyakan bahasa Italia sih, jadi maklum aja kalau ngga ngerti :) Tapi memang terbukti, musik itu bahasa universal, so ketika dengar melodinya, feeling mengatakan ini lagu dengan lirik berbobot, dan subhanallah... benar adanya.

So, daripada ikutan 'keriting' juga dengan lirik aslinya, silakan menyimak terjemahan liriknya, insya Allah menyentuh dan menyemangati diri kita...


COME RPIMAVERA
(Like Spring)
by IL DIVO

You know, winter will come to an end
it will go away just as it arrived
melting the pain like snow in the sun

and the wounds you have
they will heal sooner or later
the down comes after the night
yes it does because

come back to a more peaceful life
that flourishes again like spring
life shouts at the top of its lungs
inside of you

even you will find again
the strength you have not anymore
and the will to live that is not in you now
it will come back again

come back to a more peaceful life
that flourishes again like spring
life shouts at the top of its lungs
inside of you (x2)

life shouts at the top of its lungs
inside of you like spring

Wednesday, January 16, 2008

'AYAT-AYAT CINTA-NYA'...

Sebelum bertutur, maafkan kalau baru sekarang aku muncul lagi. Lupa berpamitan saat akan liburan bersama suami dan anak-anak, hehe... Semoga semua dalam keadaan sehat dan tetap semangat yaa?

Kemarin, setelah cukup lama cuti, aku memulai aktivitasku, berenang 2 kali sepekan. Bukan untuk kelangsingan (meskipun jauh di lubuk hati,kalau berat badan bisa kesampaian agak turun dikit mah pasti sorak-sorak hore!), tapi lebih untuk mengejar kesehatan dan kebugaran.

Cek sepeda, pasang topi oleh-oleh dari Rawapening, taruh ransel yang penuh berisi aneka barang (pakaian ganti, handuk, sampo, juga koran, minum, de el el...), sesudah baca basmalah, langsung kukayuh sepeda. Subhanallah, udara segaarrr, langit biru cerah, wajah-wajah tak dikenal balas tersenyum, aahh... insya Allah hari yang penuh berkah, doaku dlm hati.

Bergegas masuk kolam, kejar setoran minimal 20 kali bolak-balik (ini tips dari suami tercinta, dilarang ngobral-ngobrol sebelum target tercapai, hehe...), di sela aku menghela nafas sebentar, kujumpai pemandangan menarik. Ketika itu, ada seorang gadis baru datang ditemani seorang ibu-ibu. Profil anak ini istimewa, karena ia penyandang "down-syndrome" (singkatnya, anak-anak yang terlahir memiliki kecerdasan mental di bawah rata-rata dan punya profil khas seperti ras mangoloid). Nah, setelah berganti pakaian, mereka segera nyemplung ke kolam anak-anak ukuran 60 cm.

Apa yang terlintas di pikiran Anda? Yap betul, dia akan belajar berenang dengan ibu itu bukan? Demikian juga yang terlintas di benakku. Tapi apa yang terjadi? Justru dialah sang pengajar renang, dia mengajari ibu itu berenang! Dengan sabar pula, dibimbingnya setiap gerakan, disentuhnya kaki sang ibu perlahan (kelihatannya dia hendak mengajar gaya katak), dan seterusnya. Bagaimana bisa, bagaimana mungkin? Barangkali ada selintas keraguan Anda di situ. Tapi patutkah kita meragukan kebesaran-Nya lewat kejadian ini?

Subhanallah, berkali-kali kusebut keagungan nama-Nya seraya kuusap air mataku, sungguh Dia tidak main-main dengan ciptaan-Nya, dan hanya merekalah yang sudi berfikir, mampu mencerna dan mengambil hikmah...