Selasa pagi ini SMS dari suami tercinta masuk ke HPku, mengomentari isi blog-ku kemarin yang terkesan serius, membahas kematian dan seberapa jauh aku bersiap untuk itu.
Entah ya, buatku, seolah kematian itu bukan sesuatu yang asing, jauh tak tergapai, di luar jangkauan. Mungkin juga semenjak dulu aku sudah tahu riwayat hidupku, yang pernah begitu teramat dekat dengan malaikat maut. Kata ibunda, waktu kecil aku pernah koma terkena demam tinggi, sedemikian mengkhawatirkannya hingga beliau khusus menorehkan penanya di sebuah buku, mencurahkan doa dan harapan, kegelisahan, dan ketakutannya akan kehilangan putrinya. Allah mendengarkan doa tulusnya, dan alhamdulillah, diberinya aku 'bonus' usia hingga detik ini. Subhanallah, padahal aku bukan siapa-siapa...
Jadi, bila bagi sebagian orang, kata kematian begitu menyeramkan, tapi tidak bagiku. Sudah terlampau banyak kepulangan orang-orang terdekatku, hilir-mudik seolah menanti giliran. Rasa kehilangan itu pasti ada, butuh waktu untuk sembuh seperti sedia kala, namun seperti telah kututurkan, yang lebih utama sekarang, cukupkah bekal yang sudah kutabung selama ini untuk menyongsong 'kehidupan baruku' kelak? Ah Gusti Allah pemilik segala kehidupan makhluk-Nya, rasanya tidak ada kata "cukup" termaktub di situ, aku harus terus menambah dan menimbun lagi amal baik hari ini. Agar ketika aku
harus berpulang menghadap-Mu, kutinggalkan dunia fana ini dan keluarga tercinta juga handai-taulan dengan senyum merekah...
Kalau sampai waktuku...
Tuesday, January 29, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment