(Kajian Teh Ninih dalam Malam Muhasabah Muslimah, 18 Oktober 2008)
Sudah jamak terjadi kala Ramadhan, manusia berlomba-lomba mengejar ibadah sebanyak-banyaknya, entah berbentuk mengkhatamkan qur'an, memperbanyak shalat sunnah, berinfaq dan sedekah, dan sebagainya. Yang memprihatinkan, jamak juga saat memasuki bulan Syawal, semua itu seolah tak berbekas. Qiyamullail mendadak hilang, baca qur'an seadanya tanpa target, shalatpun hanya yang wajib saja,infaqpun terbatas di kala Jumat.
Kata Teteh, jika kita sekarang mengalami kondisi seperti di atas, artinya kita belum mencapai keadaan istiqamah. Padahal ciri utama orang yang istiqamah adalah yang keyakinannya terhadap Allah kian mantap dan menebal, hingga ibadah apapun yang dilakukannya akan juga mantap mengikuti. Jangan heran bila keyakinan itu tidak mantap, hari pertama Syawal semua ibadah-ibadah yang tekun kita kejar saat Ramadhan, langsung terjun bebas!
Sebenarnya, Ramadhan identik dengan masa pelatihan, penggodokan, atau pancingan, dan Syawal menjadi momen pembuktian apakah ibadah selama bulan suci itu semata diniatkan mengejar bonus-bonus pahala ataukah mengejar ridha Allah?
Jadi, rasa malas yang merasuk saat Syawal penyebabnya adalah karena kita beribadah dengan tujuan hanya mengejar pahala (ini mah kayak anak kecil yang baru mau shalat kalau dibayar uang seribu,hehe...) dan juga karena setan dan pasukannya sudah bebas lepas (kita harus yakin bahwa setan = musuh saya, so harus diusir dong!)
Alangkah baiknya kita jangan mengaku-aku sukses saat Ramadhan, tetapi juga tetap optimis menjaga semangat dan ghirah beribadah pasca Ramadhan, dan tidak berputus asa dari rahmat Allah :)
Disitirnya petikan ayat Qur'an di bawah ini...
QS Ibrahim, 24 -27:
"Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan cabangnya menjulang ke langit. Pohon itu menghasilkan buahnya pada setiap waktu dengan seizin Tuhannya. Dan Allah membuat perumpamaannya itu untuk manusia agar manusia selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk yang telah dicabut akar-akarnya dari permukaan bumi, tidak dapat tegak sedikitpun. Allah meneguhkan (iman) orang yang beriman dengan ucapan yang teguh (dalam kehidupan) di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan Allah berbuat apa yang dia kehendaki."
Saturday, October 25, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 comments:
subhanalloh ...
terima kasih sharingnya...sebuah renungan yg menyentuh rasa...
semoga bisa menjadi ilmu yg bermanfaat & Multi Level Pahala (MLP), amin...
sebagai tambahan, saya membuat tulisan tentang "Benarkah Kita Hamba Allah?"
silakan berkunjung ke:
http://achmadfaisol.blogspot.com/2008/09/benarkah-kita-hamba-allah-1-of-2.html
(link di atas adalah tulisan ke-1 dr 2 buah link benarkah kita hamba Allah?)
Apakah Allah juga mengakui bahwa kita adalah hamba-Nya?
semoga Allah menyatukan dan melembutkan hati semua umat Islam, amin...
salam,
achmad faisol
http://achmadfaisol.blogspot.com/
Post a Comment