(oleh: Ahmad Kusyairi Suhail, Majalah UMMI Oktober 2008)
"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah",kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan "Janglah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan memperoleh surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu." Kamilah Pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh pula di dalamnya apa yang kamu minta, sebagai hidangan bagimu dari Tuhan yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS Al Fushilat, 30-32)
Sesungguhnya jalan kehidupan, termasuk kehidupan keluarga, bukanlah jalan yang bertaburan dengan bunga-bunga yang selalu tterlihat indah dan menyeruakkan semerbak wewangian. Melainkan ia jalan yang berliku, terjal, dan penuh dengan duri. Jerat-jerat syaitan, baik jin maupun manusia, godaan hawa nafsu dan tarikan kuat dunia adalah ranjau-ranjau kehidupan yang selalu menghadang manusia untuk menjerumuskannya kepada kenistaan, kehancuran, dan kerugian dunia dan akhirat. Maka (berperilaku) istiqomah menjadi solusi. Sebab dengan istiqomah, seseorang atau keluarga bisa menjadi tegar dan kokoh; tak mempan diterjang kerasnya badai kehidupan hingga akhirnya dapat meraih kemenangan dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Dan ayat di atas menjelaskan tentang kemenangan dan kebahagiaan orang atau keluarga yang istiqomah.
***
Duh hamba mohon ampun ya Rabb, atas kendurnya istiqomah hamba hari-hari lalu
hamba bermohon
berkahi sisa umur hamba
teguhkan azzam ini
untuk senantiasa
istiqomah di jalan-Mu
mengais bekal menuju firdaus-Mu
Allahu ya muqallibal qulb
tsabit qalbi 'alladdiinii...
Friday, October 31, 2008
Thursday, October 30, 2008
OOOO, YANG IBUNYA PEMBALAP ITU??
Komentar di atas baru sekali-kalinya kudengar, itupun dari mulut kedua, yaitu anakku. Alkisah (ceile, mo ngedongeng ye mpok?), putri sulungku yang ABG rutin ikutan pengajian di bawah bimbingan guru SDnya, bergantian di rumah teman-teman lamanya. Dia sekarang sudah berani naik ojek sendiri pp, alhamdulillah...
Nah, Sabtu kemarin, kebetulan lokasi ngajinya ada dalam area kekuasaanku eh keliru, dalam area biasanya aku sepedaan alias pit-pitan. Ya, biasanya kalau ke tempat senam, renang, belanja, atau sekolah anak-anak, pokoke sebatas masih bisa aku jangkau dengan gowes, mangga Neng, tariiiiik! Sepulang mengaji, dia memanggil ojek yang mangkal dekat situ, ngasih tahu alamat seraya naik. Sewaktu mendekati rumah, katanya, si tukang ojek nyeletuk,"Oo, adik rumahnya di sini ya? Yang ibunya pembalap sepeda itu kan??" Haha, asli bengong dia, entah apa yang berkecamuk dalam hatinya, malu atau bangga (halah, mana mungkin :D)
Hehe, jadi mikir, jangan-jangan aku udah jadi seleb sepeda, kok ya orang sampe ngomentarin begitu? Atau karena helm sepedaku yang rada-rada nabrak helm pembalap sepeda pro (eh padahal made in China lho, en gratisan! Coba, apa hubungannya??), trus warnanya kuning terang. atau... jangan-jangan dituduh partisan partai politik, kan bentar lagi PEMILU? Wadduh, kudu ganti warna ah, nti dilamar en dapet serangan fajar lagi, gubrax! Eit, lumayan atuh buat beli asesoris sepeda kalee??
Nah, Sabtu kemarin, kebetulan lokasi ngajinya ada dalam area kekuasaanku eh keliru, dalam area biasanya aku sepedaan alias pit-pitan. Ya, biasanya kalau ke tempat senam, renang, belanja, atau sekolah anak-anak, pokoke sebatas masih bisa aku jangkau dengan gowes, mangga Neng, tariiiiik! Sepulang mengaji, dia memanggil ojek yang mangkal dekat situ, ngasih tahu alamat seraya naik. Sewaktu mendekati rumah, katanya, si tukang ojek nyeletuk,"Oo, adik rumahnya di sini ya? Yang ibunya pembalap sepeda itu kan??" Haha, asli bengong dia, entah apa yang berkecamuk dalam hatinya, malu atau bangga (halah, mana mungkin :D)
Hehe, jadi mikir, jangan-jangan aku udah jadi seleb sepeda, kok ya orang sampe ngomentarin begitu? Atau karena helm sepedaku yang rada-rada nabrak helm pembalap sepeda pro (eh padahal made in China lho, en gratisan! Coba, apa hubungannya??), trus warnanya kuning terang. atau... jangan-jangan dituduh partisan partai politik, kan bentar lagi PEMILU? Wadduh, kudu ganti warna ah, nti dilamar en dapet serangan fajar lagi, gubrax! Eit, lumayan atuh buat beli asesoris sepeda kalee??
Wednesday, October 29, 2008
STOP VIOLENCE IN THE HOME!
Jumat kemarin Allah berbaik hati kepadaku memaparkan satu lagi episode kehidupan, getir sekaligus memilukan. Si mbak -- kita panggil saja begitu -- sudah kukenal beberapa waktu lalu, dan psca lebaran, baru kali ini kami bersua kembali. Setelah saling beruluk salam lebaran, tiba-tiba matanya berkaca-kaca. Tidak biasanya perempuan tangguh ini tampak lemah tak berdaya. Ada apa gerangan?
Ternyata sudah beberapa lama ia jadi korban kekerasan fisik suaminya, tiap malam ditinju. Ya Allah, kasihan sekali... Katanya, perangai suaminya itu berubah total semenjak suaminya itu kembali dari kerja di luar Jawa, di mana dia bertemu kembali dengan mantan istri pertamanya. Meski keduanya sudah saling menikah lagi, entah mengapa, mantan istrinya ini ingin kembali kepada suami si mbak. Singkat cerita, sang suami seolah diguna-gunai, wallahu'alam...'
Aku terdiam, lama mencoba mencerna. Berat nian beban ini harus dipikul si mbak. Karena tidak tahan, dia sempat melontarkan permohonan cerai namun suaminya menolak dengan alasan masih cinta.
Ah, cinta. Apakah ini namanya cinta bila dia dengan sukarela menyakiti istrinya? Apakah ini cinta jika dia tega merusak bahagia yang selama ini membuncah? Apakah juga cinta namanya padahal dia dengan senang hati mengoyak rasa setia dan percaya sang istri akan perlindungan dan kasih sayangnya? Lantas ke mana menguap rasa tanggung jawab, amanahnya, janji-janjinya di hadapan Allah beserta malaikat dan para saksi kala ijab kabul dulu, untuk menjaga betul perempuan ini, yang bersedia menemaninya dalam suka dan duka bahtera rumah tangga? Sebuah janji maha berat, mitsaqan ghaliza, yang oleh Allah tingkatannya setara dengan janji para Nabi dan janji terhadap Bani Israil (maaf jika aku keliru)?
Menurutku, ada satu titik penentu di mana perempuan harus bangkit, bangun dari lelap panjang, tatkala kezaliman itu meraja, dan membetot harga dirinya sebagai wanita sekaligus makhluk-Nya yang punya hak untuk hidup aman-tenteram. Dan buatku, ini tidak semata identik dengan kekerasan fisik saja, tapi juga mencakup kekerasan psikologis, perasaan terancam, di bawah tekanan, diabaikan, diintimasi. Maka menjadi perempuan identik dengan makna harus berdaya, sehingga ketika cinta berubah jadi kebrutalan, kasih sayang menjelma jadi gelap gulita, kita masih senantiasa bisa segera terduduk dan bergerak, bukan hanya terpuruk sekaligus terperosok. Karena di balik kelembutannya, aku sungguh percaya, perempuan-perempuan jauh lebih tangguh dan mampu berdiri tegar di tengah badai yang mengguncang...
Bagaimana menurutmu?
Ternyata sudah beberapa lama ia jadi korban kekerasan fisik suaminya, tiap malam ditinju. Ya Allah, kasihan sekali... Katanya, perangai suaminya itu berubah total semenjak suaminya itu kembali dari kerja di luar Jawa, di mana dia bertemu kembali dengan mantan istri pertamanya. Meski keduanya sudah saling menikah lagi, entah mengapa, mantan istrinya ini ingin kembali kepada suami si mbak. Singkat cerita, sang suami seolah diguna-gunai, wallahu'alam...'
Aku terdiam, lama mencoba mencerna. Berat nian beban ini harus dipikul si mbak. Karena tidak tahan, dia sempat melontarkan permohonan cerai namun suaminya menolak dengan alasan masih cinta.
Ah, cinta. Apakah ini namanya cinta bila dia dengan sukarela menyakiti istrinya? Apakah ini cinta jika dia tega merusak bahagia yang selama ini membuncah? Apakah juga cinta namanya padahal dia dengan senang hati mengoyak rasa setia dan percaya sang istri akan perlindungan dan kasih sayangnya? Lantas ke mana menguap rasa tanggung jawab, amanahnya, janji-janjinya di hadapan Allah beserta malaikat dan para saksi kala ijab kabul dulu, untuk menjaga betul perempuan ini, yang bersedia menemaninya dalam suka dan duka bahtera rumah tangga? Sebuah janji maha berat, mitsaqan ghaliza, yang oleh Allah tingkatannya setara dengan janji para Nabi dan janji terhadap Bani Israil (maaf jika aku keliru)?
Menurutku, ada satu titik penentu di mana perempuan harus bangkit, bangun dari lelap panjang, tatkala kezaliman itu meraja, dan membetot harga dirinya sebagai wanita sekaligus makhluk-Nya yang punya hak untuk hidup aman-tenteram. Dan buatku, ini tidak semata identik dengan kekerasan fisik saja, tapi juga mencakup kekerasan psikologis, perasaan terancam, di bawah tekanan, diabaikan, diintimasi. Maka menjadi perempuan identik dengan makna harus berdaya, sehingga ketika cinta berubah jadi kebrutalan, kasih sayang menjelma jadi gelap gulita, kita masih senantiasa bisa segera terduduk dan bergerak, bukan hanya terpuruk sekaligus terperosok. Karena di balik kelembutannya, aku sungguh percaya, perempuan-perempuan jauh lebih tangguh dan mampu berdiri tegar di tengah badai yang mengguncang...
Bagaimana menurutmu?
Monday, October 27, 2008
SEUMUR HIDUP JADI TONGKAT IBUNDA...
Hawa udara di Changchun , Tiongkok, sangatlah dingin. Li Yuanyuan memanggul sang ibu yang lumpuh kedua kakinya sambil menggendong putrinya yang berusia dua tahun buru-buru ke rumah sakit karena sang ibu terkena serangan jantung lagi. Orang-orang yang berlalu lalang di jalan memandang mereka bertiga dengan mata terbelalak, semua takjub melihat seorang wanita yang kelihatannya kurus lemah justru memiliki tenaga untuk memanggul satu orang sambil menggendong satu lagi.......
Menurut laporan "City Evening Post", di pagi buta, 13 Pebruari 2008, Li Yuanyuan telah memakaikan baju bagi anak dan sang ibu yang baru sembuh dari sakitnya. Jam 10 pagi, Yuanyuan berjongkok di depan sang ibu, meletakkan kedua kaki ibu di pinggangnya lalu memanggul sang ibu, kemudian menggendong putrinya yang berdiri di atas tempat tidur.
Kedua tangan Yuanyuan dipakai untuk menyangga sang ibu, sedangkan sang ibu membantu merangkul cucunya mengitari leher Yuanyuan. Dengan cara inilah tiga orang tersebut saling berangkulan dengan susah payah keluar dari rumah sakit. Sang ibu telah lumpuh selama 21 tahun, selama 21 tahun itu pulalah Yuanyuan terbiasa memanggul sang ibu keluar masuk rumah sakit.
Ketika Yuanyuan berusia 7 tahun terjadilah sebuah kecelakaan lalu lintas yang benar-benar telah merubah kehidupannya. Karena kecelakaan ini ibunda mengalami kelumpuhan pada kedua kaki yang diperparah dengan menghilangnya sang ayah. Sejak saat itu, Yuanyuan menjadi tulang punggung rumah tangga. Karena tidak ada penghasilan Yuanyuan menghidupi keluarga dengan menjadi pemulung, uang hasil kerja kerasnya habis terpakai untuk mengurus sang ibu.
Rasa bakti Yuanyuan kepada orang tua sangat menyentuh hati para tetangga, banyak tetangga yang dengan sukarela memberi bantuan kepada sang ibu dan putrinya ini. Karena sepanjang tahun hanya mampu berebahan, otot kaki sang ibu sering kejang, sakitnya tak tertahankan.
Ada seorang tetangga yang berprofesi sebagai seorang dokter tradisional tua, setiap hari membantunya memberikan terapi akupunktur terhadap ibu Yuan-yuan, bahkan mengajarnya menggunakan teknik akupunktur sederhana. Sejak berusia 11 tahun sampai sekarang, Yuanyuan sudah dapat menggunakan teknik akupunktur untuk meringankan rasa sakit ibunya.
Tiga tahun yang lalu, Yuan-yuan menikah, setahun kemudian, Yuanyuan melahirkan seorang putri. Namun di mana pun dan kapan pun, Yuanyuan tidak pernah meninggalkan sang ibu, dia dan suaminya bersama-sama memikul tanggung jawab mengurus sang ibu.
Meskipun rumah tangganya tidak terbilang kaya, mereka sangatlah puas. Sang ibu berkata, terkenang masa 21 tahun ini meskipun penuh penderitaan, namun dia sangat puas, dia merasa diri-nya sama dengan orang tua lain yang juga telah menikmati kehangatan keluarga.
Bagi Yuanyuan, selama 21 tahun ini, dia merasa dirinya sangat bahagia, karena dia adalah seorang anak yang masih memiliki seorang ibu.
"Saya rela menjadi tongkat ibu sepanjang hidupku.……" (Dajiyuan/prm)
***
Duh Gusti Allah, seberapa jarak baktiku kepada ibundaku tercinta? Rasanya masih teramat mungil dan tak berarti...
Menurut laporan "City Evening Post", di pagi buta, 13 Pebruari 2008, Li Yuanyuan telah memakaikan baju bagi anak dan sang ibu yang baru sembuh dari sakitnya. Jam 10 pagi, Yuanyuan berjongkok di depan sang ibu, meletakkan kedua kaki ibu di pinggangnya lalu memanggul sang ibu, kemudian menggendong putrinya yang berdiri di atas tempat tidur.
Kedua tangan Yuanyuan dipakai untuk menyangga sang ibu, sedangkan sang ibu membantu merangkul cucunya mengitari leher Yuanyuan. Dengan cara inilah tiga orang tersebut saling berangkulan dengan susah payah keluar dari rumah sakit. Sang ibu telah lumpuh selama 21 tahun, selama 21 tahun itu pulalah Yuanyuan terbiasa memanggul sang ibu keluar masuk rumah sakit.
Ketika Yuanyuan berusia 7 tahun terjadilah sebuah kecelakaan lalu lintas yang benar-benar telah merubah kehidupannya. Karena kecelakaan ini ibunda mengalami kelumpuhan pada kedua kaki yang diperparah dengan menghilangnya sang ayah. Sejak saat itu, Yuanyuan menjadi tulang punggung rumah tangga. Karena tidak ada penghasilan Yuanyuan menghidupi keluarga dengan menjadi pemulung, uang hasil kerja kerasnya habis terpakai untuk mengurus sang ibu.
Rasa bakti Yuanyuan kepada orang tua sangat menyentuh hati para tetangga, banyak tetangga yang dengan sukarela memberi bantuan kepada sang ibu dan putrinya ini. Karena sepanjang tahun hanya mampu berebahan, otot kaki sang ibu sering kejang, sakitnya tak tertahankan.
Ada seorang tetangga yang berprofesi sebagai seorang dokter tradisional tua, setiap hari membantunya memberikan terapi akupunktur terhadap ibu Yuan-yuan, bahkan mengajarnya menggunakan teknik akupunktur sederhana. Sejak berusia 11 tahun sampai sekarang, Yuanyuan sudah dapat menggunakan teknik akupunktur untuk meringankan rasa sakit ibunya.
Tiga tahun yang lalu, Yuan-yuan menikah, setahun kemudian, Yuanyuan melahirkan seorang putri. Namun di mana pun dan kapan pun, Yuanyuan tidak pernah meninggalkan sang ibu, dia dan suaminya bersama-sama memikul tanggung jawab mengurus sang ibu.
Meskipun rumah tangganya tidak terbilang kaya, mereka sangatlah puas. Sang ibu berkata, terkenang masa 21 tahun ini meskipun penuh penderitaan, namun dia sangat puas, dia merasa diri-nya sama dengan orang tua lain yang juga telah menikmati kehangatan keluarga.
Bagi Yuanyuan, selama 21 tahun ini, dia merasa dirinya sangat bahagia, karena dia adalah seorang anak yang masih memiliki seorang ibu.
"Saya rela menjadi tongkat ibu sepanjang hidupku.……" (Dajiyuan/prm)
***
Duh Gusti Allah, seberapa jarak baktiku kepada ibundaku tercinta? Rasanya masih teramat mungil dan tak berarti...
Saturday, October 25, 2008
ISTIQAMAH PASCA RAMADHAN
(Kajian Teh Ninih dalam Malam Muhasabah Muslimah, 18 Oktober 2008)
Sudah jamak terjadi kala Ramadhan, manusia berlomba-lomba mengejar ibadah sebanyak-banyaknya, entah berbentuk mengkhatamkan qur'an, memperbanyak shalat sunnah, berinfaq dan sedekah, dan sebagainya. Yang memprihatinkan, jamak juga saat memasuki bulan Syawal, semua itu seolah tak berbekas. Qiyamullail mendadak hilang, baca qur'an seadanya tanpa target, shalatpun hanya yang wajib saja,infaqpun terbatas di kala Jumat.
Kata Teteh, jika kita sekarang mengalami kondisi seperti di atas, artinya kita belum mencapai keadaan istiqamah. Padahal ciri utama orang yang istiqamah adalah yang keyakinannya terhadap Allah kian mantap dan menebal, hingga ibadah apapun yang dilakukannya akan juga mantap mengikuti. Jangan heran bila keyakinan itu tidak mantap, hari pertama Syawal semua ibadah-ibadah yang tekun kita kejar saat Ramadhan, langsung terjun bebas!
Sebenarnya, Ramadhan identik dengan masa pelatihan, penggodokan, atau pancingan, dan Syawal menjadi momen pembuktian apakah ibadah selama bulan suci itu semata diniatkan mengejar bonus-bonus pahala ataukah mengejar ridha Allah?
Jadi, rasa malas yang merasuk saat Syawal penyebabnya adalah karena kita beribadah dengan tujuan hanya mengejar pahala (ini mah kayak anak kecil yang baru mau shalat kalau dibayar uang seribu,hehe...) dan juga karena setan dan pasukannya sudah bebas lepas (kita harus yakin bahwa setan = musuh saya, so harus diusir dong!)
Alangkah baiknya kita jangan mengaku-aku sukses saat Ramadhan, tetapi juga tetap optimis menjaga semangat dan ghirah beribadah pasca Ramadhan, dan tidak berputus asa dari rahmat Allah :)
Disitirnya petikan ayat Qur'an di bawah ini...
QS Ibrahim, 24 -27:
"Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan cabangnya menjulang ke langit. Pohon itu menghasilkan buahnya pada setiap waktu dengan seizin Tuhannya. Dan Allah membuat perumpamaannya itu untuk manusia agar manusia selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk yang telah dicabut akar-akarnya dari permukaan bumi, tidak dapat tegak sedikitpun. Allah meneguhkan (iman) orang yang beriman dengan ucapan yang teguh (dalam kehidupan) di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan Allah berbuat apa yang dia kehendaki."
Sudah jamak terjadi kala Ramadhan, manusia berlomba-lomba mengejar ibadah sebanyak-banyaknya, entah berbentuk mengkhatamkan qur'an, memperbanyak shalat sunnah, berinfaq dan sedekah, dan sebagainya. Yang memprihatinkan, jamak juga saat memasuki bulan Syawal, semua itu seolah tak berbekas. Qiyamullail mendadak hilang, baca qur'an seadanya tanpa target, shalatpun hanya yang wajib saja,infaqpun terbatas di kala Jumat.
Kata Teteh, jika kita sekarang mengalami kondisi seperti di atas, artinya kita belum mencapai keadaan istiqamah. Padahal ciri utama orang yang istiqamah adalah yang keyakinannya terhadap Allah kian mantap dan menebal, hingga ibadah apapun yang dilakukannya akan juga mantap mengikuti. Jangan heran bila keyakinan itu tidak mantap, hari pertama Syawal semua ibadah-ibadah yang tekun kita kejar saat Ramadhan, langsung terjun bebas!
Sebenarnya, Ramadhan identik dengan masa pelatihan, penggodokan, atau pancingan, dan Syawal menjadi momen pembuktian apakah ibadah selama bulan suci itu semata diniatkan mengejar bonus-bonus pahala ataukah mengejar ridha Allah?
Jadi, rasa malas yang merasuk saat Syawal penyebabnya adalah karena kita beribadah dengan tujuan hanya mengejar pahala (ini mah kayak anak kecil yang baru mau shalat kalau dibayar uang seribu,hehe...) dan juga karena setan dan pasukannya sudah bebas lepas (kita harus yakin bahwa setan = musuh saya, so harus diusir dong!)
Alangkah baiknya kita jangan mengaku-aku sukses saat Ramadhan, tetapi juga tetap optimis menjaga semangat dan ghirah beribadah pasca Ramadhan, dan tidak berputus asa dari rahmat Allah :)
Disitirnya petikan ayat Qur'an di bawah ini...
QS Ibrahim, 24 -27:
"Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan cabangnya menjulang ke langit. Pohon itu menghasilkan buahnya pada setiap waktu dengan seizin Tuhannya. Dan Allah membuat perumpamaannya itu untuk manusia agar manusia selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk yang telah dicabut akar-akarnya dari permukaan bumi, tidak dapat tegak sedikitpun. Allah meneguhkan (iman) orang yang beriman dengan ucapan yang teguh (dalam kehidupan) di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan Allah berbuat apa yang dia kehendaki."
Friday, October 24, 2008
KEPOMPONG ITU
Oleh :
Sapardi Djoko Damono
kepompong yang tergantung di daun jambu itu mendengar kutukmu yang kacau terhadap hawa lembab ketika kau menutup jendela waktu hari hujan
kepompong itu juga mendengar rohmu yang bermimpi dan meninggalkan tubuhmu: melepaskan diri lewat celah pintu, melayang di udara dingin sambil bernyanyi dengan suara bening dan bermuatan bau bunga
dan kepompong itu hanya bisa menggerak-gerakkan tubuhnya ke kanan-kiri, belum saatnya ia menjelma kupu-kupu; dan, kau tahu , ia tak berhak bermimpi
Perahu Kertas,
Kumpulan Sajak,
1982.
Sapardi Djoko Damono
kepompong yang tergantung di daun jambu itu mendengar kutukmu yang kacau terhadap hawa lembab ketika kau menutup jendela waktu hari hujan
kepompong itu juga mendengar rohmu yang bermimpi dan meninggalkan tubuhmu: melepaskan diri lewat celah pintu, melayang di udara dingin sambil bernyanyi dengan suara bening dan bermuatan bau bunga
dan kepompong itu hanya bisa menggerak-gerakkan tubuhnya ke kanan-kiri, belum saatnya ia menjelma kupu-kupu; dan, kau tahu , ia tak berhak bermimpi
Perahu Kertas,
Kumpulan Sajak,
1982.
Thursday, October 23, 2008
SEPOTONG TAMAN SURGA
(oleh: mataharimerahhati)
Rumah ini, Dinda
adalah sepotong taman surga yang dipinjamkan Allah pada kita
tanahnya aku yang pupuki
bunga-bunganya kau yang rawati
Yang indahnya, Dinda
menawarkan semua letihku dan gelisahmu
Cinta ini, Dinda
adalah sepotong taman surga yang dipinjamkan Allah pada kita
sebagian aku letakkan di antara hati kita
dan sebagian lagi
aku simpan di rahimmu
Dari sana, Dinda
dilahirkan banyak cinta lagi untuk kita
yang membuat sepotong taman surga kita
menjadi seluas bumi fana
hingga
ke akhirat dan surga-Nya yang sebenarnya
2004
Rumah ini, Dinda
adalah sepotong taman surga yang dipinjamkan Allah pada kita
tanahnya aku yang pupuki
bunga-bunganya kau yang rawati
Yang indahnya, Dinda
menawarkan semua letihku dan gelisahmu
Cinta ini, Dinda
adalah sepotong taman surga yang dipinjamkan Allah pada kita
sebagian aku letakkan di antara hati kita
dan sebagian lagi
aku simpan di rahimmu
Dari sana, Dinda
dilahirkan banyak cinta lagi untuk kita
yang membuat sepotong taman surga kita
menjadi seluas bumi fana
hingga
ke akhirat dan surga-Nya yang sebenarnya
2004
Wednesday, October 22, 2008
MA, BIKIN COKLAT PANAS DONK...
Sebenarnya ini kisah lanjutan petualangan tandingan ala "Amazing Race" alias "Superb Adventure" ala pasukan Zuki Harahap (hehe, papinya pasti protes, ngga ikut tapi nama kok dibawa2, piss man :D). Yah, harap maklum aja deh...
Sesampainya di rumah, anak-anak segera kusuruh berganti pakaian, mandi, karena hari sudah terlanjur petang. sambil antri mandi, aku berniat membuatkan minuman hangat untuk kami, tiba-tiba Yusuf nyeletuk,"Ma, sekali-sekalibikin coklat panas dong, kayak di komik." Ya, aku asli bengong, hah, dikomik mana ada cerita soal minum coklat panas Nak? Selidik punya selidik, ternyata dari komik Miiko (lengkapnya "Hai Miiko", aku suka plesetin bacanya dengan Mi-iko dan anak-anak biasanya jadi manyun). Sambil nyeruput coklat hangat, akupun ngobrol sama anak-anak. Asyik lho ternyata ngobrol sama mereka, asal bisa tahan aja dengan cekikikannya en bahan cerita yang kayak kutu loncat ke sono-kemari mah, serulah pokoknya... eh iya, plus tahan banting ngga boleh gampang ngambek, hehe... Taunya di komik itu, dikisahkan tentang kebiasaan si Miiko, anak sekolah kls 5 SD, yang kalau sedang hujan, mamanya selalu menyuguhkan secangkir coklat panas yang sedap seledap...
Ketika coklat panas terhidang, anak-anakku ngga tau, kalau susu coklat yang dipakai adalah hi-Lo Soleha, gratisan dari hi-Lo Teensnya si kakak. Jadilah si kakak puas ngeledukin adiknya, waah, Ysuf masak minum hi-Lo untuk cewek sih? hm, besok-besok kudu beli susu coklat yang netral deh...
Nah, siapa bilang komik 'kagak ada isinya'?
Sesampainya di rumah, anak-anak segera kusuruh berganti pakaian, mandi, karena hari sudah terlanjur petang. sambil antri mandi, aku berniat membuatkan minuman hangat untuk kami, tiba-tiba Yusuf nyeletuk,"Ma, sekali-sekalibikin coklat panas dong, kayak di komik." Ya, aku asli bengong, hah, dikomik mana ada cerita soal minum coklat panas Nak? Selidik punya selidik, ternyata dari komik Miiko (lengkapnya "Hai Miiko", aku suka plesetin bacanya dengan Mi-iko dan anak-anak biasanya jadi manyun). Sambil nyeruput coklat hangat, akupun ngobrol sama anak-anak. Asyik lho ternyata ngobrol sama mereka, asal bisa tahan aja dengan cekikikannya en bahan cerita yang kayak kutu loncat ke sono-kemari mah, serulah pokoknya... eh iya, plus tahan banting ngga boleh gampang ngambek, hehe... Taunya di komik itu, dikisahkan tentang kebiasaan si Miiko, anak sekolah kls 5 SD, yang kalau sedang hujan, mamanya selalu menyuguhkan secangkir coklat panas yang sedap seledap...
Ketika coklat panas terhidang, anak-anakku ngga tau, kalau susu coklat yang dipakai adalah hi-Lo Soleha, gratisan dari hi-Lo Teensnya si kakak. Jadilah si kakak puas ngeledukin adiknya, waah, Ysuf masak minum hi-Lo untuk cewek sih? hm, besok-besok kudu beli susu coklat yang netral deh...
Nah, siapa bilang komik 'kagak ada isinya'?
Thursday, October 16, 2008
AIRMATA RASULULLAH SAW...
(Sumber: NN)
Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan
salam."Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya
masuk,"Maafkanlah, ayahku sedang demam",kata Fatimah yang membalikkan
badan dan menutup pintu.
Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata
dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?"
"Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,"
tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan
pandangan yang menggetarkan.
Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang.
"Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang
memisahkan pertemuan di dunia.
Dialah malaikatul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan
tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan
kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya.
Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit
dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.
"Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?", tanya Rasululllah
dengan suara yang amat lemah.
"Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu.
"Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril.
Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh
kecemasan. "Engkau tidak senang mendengar khabar ini?", tanya Jibril
lagi. "Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?"
"Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah
berfirman kepadaku: "Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat
Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh
Rasulullah ditarik.
Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya
menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini."
Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang disampingnya
menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka.
"Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?"
Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu.
"Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata
Jibril.
Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak
tertahankan lagi.
"Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini
kepadaku, jangan pada umatku."
Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak
lagi.
Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera
mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku"
"peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu."
Diluar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling
berpelukan.
Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan
telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.
"Ummatii,ummatii,ummatiii?" - "Umatku, umatku, umatku"
Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu.
Kini, mampukah kita mencintai sepertinya?
Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik wa salim 'alaihi
Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.
Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan
salam."Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya
masuk,"Maafkanlah, ayahku sedang demam",kata Fatimah yang membalikkan
badan dan menutup pintu.
Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata
dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?"
"Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,"
tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan
pandangan yang menggetarkan.
Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang.
"Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang
memisahkan pertemuan di dunia.
Dialah malaikatul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan
tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan
kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya.
Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit
dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.
"Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?", tanya Rasululllah
dengan suara yang amat lemah.
"Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu.
"Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril.
Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh
kecemasan. "Engkau tidak senang mendengar khabar ini?", tanya Jibril
lagi. "Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?"
"Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah
berfirman kepadaku: "Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat
Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh
Rasulullah ditarik.
Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya
menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini."
Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang disampingnya
menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka.
"Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?"
Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu.
"Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata
Jibril.
Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak
tertahankan lagi.
"Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini
kepadaku, jangan pada umatku."
Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak
lagi.
Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera
mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku"
"peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu."
Diluar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling
berpelukan.
Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan
telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.
"Ummatii,ummatii,ummatiii?" - "Umatku, umatku, umatku"
Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu.
Kini, mampukah kita mencintai sepertinya?
Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik wa salim 'alaihi
Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.
Wednesday, October 15, 2008
‘PREMAN’ BELAJAR BERJILBAB
(Ini tulisan lamaku, gimana, beda ngga gaya tuturnya?)
Aku pertama kali berjilbab tahun 1989, saat aku kuliah di semester 5. Sebelumnya sih sudah cukup lama juga kepengen pake jilbab, sohibku di SMA sudah buka-tutup dengan jilbabnya (inget kan kasus dulu waktu jilbab masih dipersulit di sekolah-sekolah?). Alhamdulillah, setelah ikut program keislaman intensif di FEUI, niatku untuk berjilbab kian mantap.
Mungkin karena belum terbiasa berjilbab, aku masih suka lupa menyambar jilbab ketika ada tamu. Ngaku deh, sebenarnya kadang malas ah pikirku, paling tamunya cuma sebentar doang, so… aku lari begitu aja melintasi ruangan. No feeling guilty gitu… sok pede ceritanya. Itu terjadi sampe rapat keluarga waktu aku mau menikah lho. Hihi… malu juga sih kalau mengingat-ingat kecuekanku. Bayangin aja, kan yang ngumpul banyakan non muhrim, ya kakak sepupu, oom dari pihak ibu, uh… bener-bener deh.
Dari semua pengalaman aneh bin ajaib yang pernah kulakoni, kayaknya yang paling culun adalah waktu aku pulang ngampus. Kebetulan sol sepatuku sudah berkoar-koar minta direnovasi eh… direparasi. Entah Allah memang mendengar doaku, saat berjalan pulang menuju rumah, aku berpapasan dengan tukang sol yang lama kunanti-nanti. Saking gembiranya, aku asal teriak (padahal tukangnya ga sampai 50 meter di depanku!), “Bang! BANG SOL! NANTI KE RUMAH YA, BENERR LHO!”. Gimana doi ga loncat, kali dia (sambil ngelus dadanya) ngedumel, fans lain ga sebegini amat hebohnya ketemu dia?
Errornya, aku belum sadar betapa premannya diriku yang sudah berjilbab manis ini (idiih, ngaku-ngaku…). Sesampainya di rumah, langsung aku berganti baju dinas, kaus lengan pendek en celana panjang, trus duduk manis di teras menanti si tukang sol. Pas doi celingak-celinguk mencariku, pintu pagar langsung kusambar sambil kulambai-lambaikan tanganku. “Sini Pak, aku yang tadi nyuruh Bapak ke rumah.”
Apa yang terjadi? Bapak itu asli bengong, sodara-sodara. Hingga detik ini, masih tertancap di benakku roman mukanya. Campur-aduk, antara ga percaya, bingung, wah… gado-gado banget deh. Keherananku dijawab polos oleh Bapak itu, “Lho, ini teh si eneng yang tadi? Tadi kan berjilbab, kok sekarang…?
Nah lho, langsung tewas deh aku ‘ditonjok’ komentar lugu si Bapak. Astaghfirullah al addzhiim… Ya Allah, preman kita kali ini KO beneran!
Aku pertama kali berjilbab tahun 1989, saat aku kuliah di semester 5. Sebelumnya sih sudah cukup lama juga kepengen pake jilbab, sohibku di SMA sudah buka-tutup dengan jilbabnya (inget kan kasus dulu waktu jilbab masih dipersulit di sekolah-sekolah?). Alhamdulillah, setelah ikut program keislaman intensif di FEUI, niatku untuk berjilbab kian mantap.
Mungkin karena belum terbiasa berjilbab, aku masih suka lupa menyambar jilbab ketika ada tamu. Ngaku deh, sebenarnya kadang malas ah pikirku, paling tamunya cuma sebentar doang, so… aku lari begitu aja melintasi ruangan. No feeling guilty gitu… sok pede ceritanya. Itu terjadi sampe rapat keluarga waktu aku mau menikah lho. Hihi… malu juga sih kalau mengingat-ingat kecuekanku. Bayangin aja, kan yang ngumpul banyakan non muhrim, ya kakak sepupu, oom dari pihak ibu, uh… bener-bener deh.
Dari semua pengalaman aneh bin ajaib yang pernah kulakoni, kayaknya yang paling culun adalah waktu aku pulang ngampus. Kebetulan sol sepatuku sudah berkoar-koar minta direnovasi eh… direparasi. Entah Allah memang mendengar doaku, saat berjalan pulang menuju rumah, aku berpapasan dengan tukang sol yang lama kunanti-nanti. Saking gembiranya, aku asal teriak (padahal tukangnya ga sampai 50 meter di depanku!), “Bang! BANG SOL! NANTI KE RUMAH YA, BENERR LHO!”. Gimana doi ga loncat, kali dia (sambil ngelus dadanya) ngedumel, fans lain ga sebegini amat hebohnya ketemu dia?
Errornya, aku belum sadar betapa premannya diriku yang sudah berjilbab manis ini (idiih, ngaku-ngaku…). Sesampainya di rumah, langsung aku berganti baju dinas, kaus lengan pendek en celana panjang, trus duduk manis di teras menanti si tukang sol. Pas doi celingak-celinguk mencariku, pintu pagar langsung kusambar sambil kulambai-lambaikan tanganku. “Sini Pak, aku yang tadi nyuruh Bapak ke rumah.”
Apa yang terjadi? Bapak itu asli bengong, sodara-sodara. Hingga detik ini, masih tertancap di benakku roman mukanya. Campur-aduk, antara ga percaya, bingung, wah… gado-gado banget deh. Keherananku dijawab polos oleh Bapak itu, “Lho, ini teh si eneng yang tadi? Tadi kan berjilbab, kok sekarang…?
Nah lho, langsung tewas deh aku ‘ditonjok’ komentar lugu si Bapak. Astaghfirullah al addzhiim… Ya Allah, preman kita kali ini KO beneran!
HUJAN DI BULAN JUNI
Sajak: Sapardi Djoko Damono
tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan juni
dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu
tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu
tak ada yang lebih arif dari hujan bulan juni
dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu
tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan juni
dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu
tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu
tak ada yang lebih arif dari hujan bulan juni
dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu
Tuesday, October 14, 2008
KARENA KAU TULANG RUSUKKU...
(SUMBER: MOTIVASI_NET)
Sebuah senja yang sempurna, sepotong donat, dan lagu cinta yang lembut. Adakah
yang lebih indah dari itu, bagi sepasang manusia yang memadu kasih? Raka dan
Dara duduk di punggung senja itu, berpotong percakapan lewat, beratus tawa
timpas, lalu Dara pun memulai meminta kepastian. ya, tentang cinta.
Dara : Siapa yang paling kamu cintai di dunia ini?
Raka : Kamu dong?
Dara : Menurut kamu, aku ini siapa?
Raka : (Berpikir sejenak, lalu menatap Dara dengan pasti) Kamu tulang rusukku!
Ada tertulis, Tuhan melihat bahwa Adam kesepian. Saat Adam tidur, Tuhan
mengambil rusuk dari Adam dan menciptakan Hawa. Semua pria mencari tulang
rusuknya yang hilang dan saat menemukan wanita untuknya, tidak lagi merasakan
sakit di hati."
Setelah menikah, Dara dan Raka mengalami masa yang indah dan manis untuk sesaat.
Setelah itu, pasangan muda ini mulai tenggelam dalam kesibukan masing-masing dan
kepenatan hidup yang kain mendera. Hidup mereka menjadi membosankan. Kenyataan
hidup yang kejam membuat mereka mulai menyisihkan impian dan cinta satu sama
lain.
Mereka mulai bertengkar dan pertengkaran itu mulai menjadi semakin panas. Pada
suatu hari, pada akhir sebuah pertengkaran, Dara lari keluar rumah. Saat tiba di
seberang jalan, dia berteriak, "Kamu nggak cinta lagi sama aku!"
Raka sangat membenci ketidakdewasaan Dara dan secara spontan balik berteriak,
"Aku menyesal kita menikah! Kamu ternyata bukan tulang rusukku!"
Tiba-tiba Dara menjadi terdiam , berdiri terpaku untuk beberapa saat. Matanya
basah. Ia menatap Raka, seakan tak percaya pada apa yang telah dia dengar.
Raka menyesal akan apa yang sudah dia ucapkan. Tetapi seperti air yang telah
tertumpah, ucapan itu tidak mungkin untuk diambil kembali.
Dengan berlinang air mata, Dara kembali ke rumah dan mengambil barang-barangnya,
bertekad untuk berpisah. "Kalau aku bukan tulang rusukmu, biarkan aku pergi.
Biarkan kita berpisah dan mencari pasangan sejati masing-masing."
Lima tahun berlalu.
Raka tidak menikah lagi, tetapi berusaha mencari tahu akan kehidupan Dara. Dara
pernah ke luar negeri, menikah dengan orang asing, bercerai, dan kini kembali ke
kota semula. Dan Raka yang tahu semua informasi tentang Dara, merasa kecewa,
karena dia tak pernah diberi kesempatan untuk kembali, Dara tak menunggunya.
Dan di tengah malam yang sunyi, saat Raka meminum kopinya, ia merasakan ada yang
sakit di dadanya. Tapi dia tidak sanggup mengakui bahwa dia merindukan Dara.
Suatu hari, mereka akhirnya kembali bertemu. Di airport, di tempat ketika banyak
terjadi pertemuan dan perpisahan, mereka dipisahkan hanya oleh sebuah dinding
pembatas, mata mereka tak saling mau lepas.
Raka : Apa kabar?
Dara : Baik... ngg.., apakah kamu sudah menemukan rusukmu yang hilang?
Raka : Belum.
Dara : Aku terbang ke New York dengan penerbangan berikut.
Raka : Aku akan kembali 2 minggu lagi. Telpon aku kalau kamu sempat. Kamu tahu
nomor telepon kita, belum ada yang berubah. Tidak akan ada yang berubah.
Dara tersenyum manis, lalu berlalu.
"Good bye...."
Seminggu kemudian, Raka mendengar bahwa Dara mengalami kecelakaan, mati. Malam
itu, sekali lagi, Raka mereguk kopinya dan kembali merasakan sakit di dadanya.
Akhirnya dia sadar bahwa sakit itu adalah karena Dara, tulang rusuknya sendiri,
yang telah dengan bodohnya dia patahkan.
"Kita melampiaskan 99% kemarahan justru kepada orang yang paling kita cintai.
Dan akibatnya seringkali adalah fatal"
Sebuah senja yang sempurna, sepotong donat, dan lagu cinta yang lembut. Adakah
yang lebih indah dari itu, bagi sepasang manusia yang memadu kasih? Raka dan
Dara duduk di punggung senja itu, berpotong percakapan lewat, beratus tawa
timpas, lalu Dara pun memulai meminta kepastian. ya, tentang cinta.
Dara : Siapa yang paling kamu cintai di dunia ini?
Raka : Kamu dong?
Dara : Menurut kamu, aku ini siapa?
Raka : (Berpikir sejenak, lalu menatap Dara dengan pasti) Kamu tulang rusukku!
Ada tertulis, Tuhan melihat bahwa Adam kesepian. Saat Adam tidur, Tuhan
mengambil rusuk dari Adam dan menciptakan Hawa. Semua pria mencari tulang
rusuknya yang hilang dan saat menemukan wanita untuknya, tidak lagi merasakan
sakit di hati."
Setelah menikah, Dara dan Raka mengalami masa yang indah dan manis untuk sesaat.
Setelah itu, pasangan muda ini mulai tenggelam dalam kesibukan masing-masing dan
kepenatan hidup yang kain mendera. Hidup mereka menjadi membosankan. Kenyataan
hidup yang kejam membuat mereka mulai menyisihkan impian dan cinta satu sama
lain.
Mereka mulai bertengkar dan pertengkaran itu mulai menjadi semakin panas. Pada
suatu hari, pada akhir sebuah pertengkaran, Dara lari keluar rumah. Saat tiba di
seberang jalan, dia berteriak, "Kamu nggak cinta lagi sama aku!"
Raka sangat membenci ketidakdewasaan Dara dan secara spontan balik berteriak,
"Aku menyesal kita menikah! Kamu ternyata bukan tulang rusukku!"
Tiba-tiba Dara menjadi terdiam , berdiri terpaku untuk beberapa saat. Matanya
basah. Ia menatap Raka, seakan tak percaya pada apa yang telah dia dengar.
Raka menyesal akan apa yang sudah dia ucapkan. Tetapi seperti air yang telah
tertumpah, ucapan itu tidak mungkin untuk diambil kembali.
Dengan berlinang air mata, Dara kembali ke rumah dan mengambil barang-barangnya,
bertekad untuk berpisah. "Kalau aku bukan tulang rusukmu, biarkan aku pergi.
Biarkan kita berpisah dan mencari pasangan sejati masing-masing."
Lima tahun berlalu.
Raka tidak menikah lagi, tetapi berusaha mencari tahu akan kehidupan Dara. Dara
pernah ke luar negeri, menikah dengan orang asing, bercerai, dan kini kembali ke
kota semula. Dan Raka yang tahu semua informasi tentang Dara, merasa kecewa,
karena dia tak pernah diberi kesempatan untuk kembali, Dara tak menunggunya.
Dan di tengah malam yang sunyi, saat Raka meminum kopinya, ia merasakan ada yang
sakit di dadanya. Tapi dia tidak sanggup mengakui bahwa dia merindukan Dara.
Suatu hari, mereka akhirnya kembali bertemu. Di airport, di tempat ketika banyak
terjadi pertemuan dan perpisahan, mereka dipisahkan hanya oleh sebuah dinding
pembatas, mata mereka tak saling mau lepas.
Raka : Apa kabar?
Dara : Baik... ngg.., apakah kamu sudah menemukan rusukmu yang hilang?
Raka : Belum.
Dara : Aku terbang ke New York dengan penerbangan berikut.
Raka : Aku akan kembali 2 minggu lagi. Telpon aku kalau kamu sempat. Kamu tahu
nomor telepon kita, belum ada yang berubah. Tidak akan ada yang berubah.
Dara tersenyum manis, lalu berlalu.
"Good bye...."
Seminggu kemudian, Raka mendengar bahwa Dara mengalami kecelakaan, mati. Malam
itu, sekali lagi, Raka mereguk kopinya dan kembali merasakan sakit di dadanya.
Akhirnya dia sadar bahwa sakit itu adalah karena Dara, tulang rusuknya sendiri,
yang telah dengan bodohnya dia patahkan.
"Kita melampiaskan 99% kemarahan justru kepada orang yang paling kita cintai.
Dan akibatnya seringkali adalah fatal"
Friday, October 10, 2008
SUPERB ADVENTURE!
Selasa kemarin, anak-anak kuajak berpetualang ke RUMAH CAHAYA DEPOK, di Jl Keadilan Raya, Depok Tengah. Rumcay (ini singkatannya) merupakan perpustakaan umum dan bebas dikunjungi siapapun dari berbagai kalangan usia. Untuk baca di tempat sih ngga perlu bayar, tapi kalau mau pinjam, ada iuran anggota dsb. Sebenarnya itu kegiatan tak terjadwal di musim libur lebaran ini, tapi alhamdulillah anak-anak hepi aja, apalagi dasarnya mereka sang pelahap maut eh salah... pelahap buku alias buku mania (bukan batik mania ya mbak Diah, hehe...), jadi meski diajak muter-muter naik turun angkot ya ceria aja.
Singkat cerita, kami sampai di sana sudah agak siang, anak-anak langsung mencari buku-buku favoritnya. Ternyata ini hari pertama rumcay buka, keliatan banget baru ditinggal mbak penjaganya mudik/libur. Debu di mana-mana, hm sesungguhnya kalo mau menurutkan nurani keibuanku sih langsung nanya "sapu di mana mbak?", tapi berhubung kita statusnya bukan pemilik rumah (yah iyalah...) tapi sekedar pengunjung, ya belajar tutup mata deh. Si mbak penjaganya masih muda belia, dia juga masih kebawa hawa mudik kali ya, jadi bukannya nonkrongin en matanya jelalatan ngeliatan pengunjung, dianya ikutan leyeh2 di depan teve di ruang tersembunyi. Sedihnya juga, ada beberapa buku-buku sumbangan yang hilang tak tentu rimbanya, di samping majalah sumbangan yang masih bertumpuk belum dirapikan. Hm, apa dong yang bisa kita lakukan ya teman-teman? Apa kalau perpus nirlaba begini identik dengan ketidakprofesionalan kerja dan kinerja? Sayang aja, apalagi ini urusannya sama buku, harta karun, gudang ilmu, yang nilainya melampaui harta benda manapun.
Oya, tidak lama, adzan dzuhur berkumandang. Kami shalat dan anak-anak yang kelaparan menuntutku membeli makanan. Lucunya, perut menuntut, tapi matanya tak bisa lepas dari bacaan, haha... Syukur alhamdulillah, oleh si mbak diperbolehkan makan di Rumcay, hingga pergilah aku ke seberang mencari nasi padang. Aduuh, padahal pingin banget yang bening dan seger, tapi sudahlah :) Serunya, anak-anak ternyata menikmati, palingan agak menggerutu waktu air putihnya dibungkus plastik (ini piknik beneran Ma?) en isinya lumayan boros. Tapi so far so good, nasi ludes, en si mbak juga ikutan maem bareng.
Saking asyiknya ngendon di situ, aku lupa mengamati kondisi langit, kami pulang sudah keburu gelap. Lama menanti taksi, kok ga muncul-muncul. Hujan lebat mengguyur, langsung intuisi emak-emakku tersulut, waduh, jemuranku!(maklumlah, di rumah ga ada pembantu, cuma ada mbak yang menyetrika 3 x seminggu) Basah kabeh,include handuk, daster, sarung, en baju tidur anak-anak yang diangin. PAsrahlah, mau gimana lagi??
Think think think ala Pooh, akhirnya kuputuskan untuk sewa angkot. Tawar-menawar menghasilkan deal 20 rebu, menerjang hujan dan menempuh banjir kecil di mana-mana. Si supir tipenya chronic complainer alias tukang keluh, beberapa kali dia ngeluhin jarak lah, banjirlah, macem-macem. Finally, okelah, kutambah 5 rebu deh, biar sama-sama senang ya Bos angkot?
Kehujanan, naik angkot privat pertama kali, makan nasi bungkus di tempat umum, wow what a superb adventure buat kami. Buktinya anak-anakku ngomong petualangan kali ini luar biasa, 5,5 jam bo berkeliaran di Depok!
Siapa mau ikut?
Singkat cerita, kami sampai di sana sudah agak siang, anak-anak langsung mencari buku-buku favoritnya. Ternyata ini hari pertama rumcay buka, keliatan banget baru ditinggal mbak penjaganya mudik/libur. Debu di mana-mana, hm sesungguhnya kalo mau menurutkan nurani keibuanku sih langsung nanya "sapu di mana mbak?", tapi berhubung kita statusnya bukan pemilik rumah (yah iyalah...) tapi sekedar pengunjung, ya belajar tutup mata deh. Si mbak penjaganya masih muda belia, dia juga masih kebawa hawa mudik kali ya, jadi bukannya nonkrongin en matanya jelalatan ngeliatan pengunjung, dianya ikutan leyeh2 di depan teve di ruang tersembunyi. Sedihnya juga, ada beberapa buku-buku sumbangan yang hilang tak tentu rimbanya, di samping majalah sumbangan yang masih bertumpuk belum dirapikan. Hm, apa dong yang bisa kita lakukan ya teman-teman? Apa kalau perpus nirlaba begini identik dengan ketidakprofesionalan kerja dan kinerja? Sayang aja, apalagi ini urusannya sama buku, harta karun, gudang ilmu, yang nilainya melampaui harta benda manapun.
Oya, tidak lama, adzan dzuhur berkumandang. Kami shalat dan anak-anak yang kelaparan menuntutku membeli makanan. Lucunya, perut menuntut, tapi matanya tak bisa lepas dari bacaan, haha... Syukur alhamdulillah, oleh si mbak diperbolehkan makan di Rumcay, hingga pergilah aku ke seberang mencari nasi padang. Aduuh, padahal pingin banget yang bening dan seger, tapi sudahlah :) Serunya, anak-anak ternyata menikmati, palingan agak menggerutu waktu air putihnya dibungkus plastik (ini piknik beneran Ma?) en isinya lumayan boros. Tapi so far so good, nasi ludes, en si mbak juga ikutan maem bareng.
Saking asyiknya ngendon di situ, aku lupa mengamati kondisi langit, kami pulang sudah keburu gelap. Lama menanti taksi, kok ga muncul-muncul. Hujan lebat mengguyur, langsung intuisi emak-emakku tersulut, waduh, jemuranku!(maklumlah, di rumah ga ada pembantu, cuma ada mbak yang menyetrika 3 x seminggu) Basah kabeh,include handuk, daster, sarung, en baju tidur anak-anak yang diangin. PAsrahlah, mau gimana lagi??
Think think think ala Pooh, akhirnya kuputuskan untuk sewa angkot. Tawar-menawar menghasilkan deal 20 rebu, menerjang hujan dan menempuh banjir kecil di mana-mana. Si supir tipenya chronic complainer alias tukang keluh, beberapa kali dia ngeluhin jarak lah, banjirlah, macem-macem. Finally, okelah, kutambah 5 rebu deh, biar sama-sama senang ya Bos angkot?
Kehujanan, naik angkot privat pertama kali, makan nasi bungkus di tempat umum, wow what a superb adventure buat kami. Buktinya anak-anakku ngomong petualangan kali ini luar biasa, 5,5 jam bo berkeliaran di Depok!
Siapa mau ikut?
Tuesday, October 7, 2008
AURA LEBARAN ALA KELG HARAHAP
Seperti biasa, ritual kumpul besar-besaran di keluarga suami adalah saat momen lebaran tiba. Tahun ini alhamdulillah ompung sehat wal afiat, tidak seperti tahun lalu yang di awal Ramadhan justru jatuh sakit dan harus dirawat di RS beberapa hari, plus hari lebaran ke2 Abang mau ngga mau kudu ikut global-meeting ke Houston selama 2 minggu. So, tahun ini, kelg Harahap Depok bisa kabur pas sore mau takbiran ke rumah ompung di Rawabelong.
Setelah shalat Ied, bermaaf-maafan, kami ke kubur amangboru dekat rumah,lantas disambung ke rumah Tulang di Rawamangun. Mobilitas tinggi masih disusul nginap semalam di rumah ibu-bapak, en besoknya gabung dengan kakak-kakak di rumah paman/amangboru di Kemanggisan, baru deh acara bebas, ngelongok toko buku de el el.
Namboruku atawa ompungnya anak-anak, punya bejibun cucu. Sepasukan keluarga kakak dari Bogor, udah datang duluan sejak jam 3 sore. Kebayang ramenya kan, anakku 2 orang gabung sama 4 keponakan plus 2 pasang ortu dan 1 ompung (ompung laki-laki/amangboruku sudah almarhum sejak 1987), tapi tenang, itu belum seberapa riuh-rendah. Masih ada 4 keponakan lagi dari kakak yang satu lagi dan 3 lagi yang lebih piyik2 dari adik ipar. SO total jenderal ada 13 cucu, 8 ortu, 1 ompung, walah, kebayang seseknya tuh rumah kalo semua kumpul! Lengkap semua pendidikannya, semua jenjang ada, dari yang bentar lagi tamat kuliah, baru nguli, sampe murid play-group juga ada, hehe... Kemaren aja yang ngga lengkap ngumpul (kelg adik ipar hampir selalu pulang ke Bandung pas lebaran, itung-itung aplusan), pas pesen lunch di Pizza Hut Mall Taman Anggrek, mejanya udah puanjaaaaang banget, 17 orang bo! Gimana kalo nambah 5 orang, nutup jalan lalu-lalang pelayannya kalee ;D
Oya, tadinya berencana lain, mau nonton "Laskar Pelangi" (mbak Ely dah baca belum, ada buku bagus u semua usia, tentang perjuangan bersekolah anak-anak di desa terpencil?), tapi itung punya itung, kok ya tekhor je dana traktiran lebarannya kalo kudu beli 17 tiket? Kaliin aja sama 35 rebu, jebol kan? Ya udah, berlabuhlah ke TKP biasa, Gramedia plus lunch lagi deh, lumayaaaan ngirit,haha...
Hayo, siapa punya cerita lebaran yang laen? Bagi2 dong...
Setelah shalat Ied, bermaaf-maafan, kami ke kubur amangboru dekat rumah,lantas disambung ke rumah Tulang di Rawamangun. Mobilitas tinggi masih disusul nginap semalam di rumah ibu-bapak, en besoknya gabung dengan kakak-kakak di rumah paman/amangboru di Kemanggisan, baru deh acara bebas, ngelongok toko buku de el el.
Namboruku atawa ompungnya anak-anak, punya bejibun cucu. Sepasukan keluarga kakak dari Bogor, udah datang duluan sejak jam 3 sore. Kebayang ramenya kan, anakku 2 orang gabung sama 4 keponakan plus 2 pasang ortu dan 1 ompung (ompung laki-laki/amangboruku sudah almarhum sejak 1987), tapi tenang, itu belum seberapa riuh-rendah. Masih ada 4 keponakan lagi dari kakak yang satu lagi dan 3 lagi yang lebih piyik2 dari adik ipar. SO total jenderal ada 13 cucu, 8 ortu, 1 ompung, walah, kebayang seseknya tuh rumah kalo semua kumpul! Lengkap semua pendidikannya, semua jenjang ada, dari yang bentar lagi tamat kuliah, baru nguli, sampe murid play-group juga ada, hehe... Kemaren aja yang ngga lengkap ngumpul (kelg adik ipar hampir selalu pulang ke Bandung pas lebaran, itung-itung aplusan), pas pesen lunch di Pizza Hut Mall Taman Anggrek, mejanya udah puanjaaaaang banget, 17 orang bo! Gimana kalo nambah 5 orang, nutup jalan lalu-lalang pelayannya kalee ;D
Oya, tadinya berencana lain, mau nonton "Laskar Pelangi" (mbak Ely dah baca belum, ada buku bagus u semua usia, tentang perjuangan bersekolah anak-anak di desa terpencil?), tapi itung punya itung, kok ya tekhor je dana traktiran lebarannya kalo kudu beli 17 tiket? Kaliin aja sama 35 rebu, jebol kan? Ya udah, berlabuhlah ke TKP biasa, Gramedia plus lunch lagi deh, lumayaaaan ngirit,haha...
Hayo, siapa punya cerita lebaran yang laen? Bagi2 dong...
Monday, October 6, 2008
HAPPY IED MUBARAK...
Taqabbalallaahu minnaa wa minkum
Shiyaamanaa wa shiyaamakum
Minal Aidin Wal Faidzin
Mohon Maaf Lahir dan Bathin
berjanji pada Allah
'kan kupelihara shalat malamku
'kan kutunaikan dhuhaku
dan kupenuhi janji-janjiku
semaksimal kesanggupanku
'kan kutekan nafsi-nafsi duniawiku
karna kian kusadari
hidup itu hanya sekejap
hanya mampir semata
dan 'kan kujemput
kehidupan abadi-Nya
di padang akhirat kelak...
Shiyaamanaa wa shiyaamakum
Minal Aidin Wal Faidzin
Mohon Maaf Lahir dan Bathin
berjanji pada Allah
'kan kupelihara shalat malamku
'kan kutunaikan dhuhaku
dan kupenuhi janji-janjiku
semaksimal kesanggupanku
'kan kutekan nafsi-nafsi duniawiku
karna kian kusadari
hidup itu hanya sekejap
hanya mampir semata
dan 'kan kujemput
kehidupan abadi-Nya
di padang akhirat kelak...
Subscribe to:
Posts (Atom)