Tadi pagi ketika aku bergegas ke UI untuk sesi konseling dengan orangtua klienku, ada 2 orang mahasiswi tengah mengajukan kotak kardus meminta infaq untuk bangsa Palestina. Uang infaqku yang tidak seberapa ditukarkan dengan sebentuk pita merah sebagai bentuk solidaritas kepada Palestina. Dan saat kumampir ke toko buku kecil depan UI, lagi-lagi topik demo aksi solidaritas Palestina asyik diperbincangkan.
Sebagaimana kita simak di media, baru beberapa hari lalu, serangan Israel menelan korban rakyat biasa, dengan korban terbanyak, wanita dan anak-anak. Ya Allah, di mana nurani para tentara Israel itu, membombardir kaum tidak berdaya?
Entah mengapa, alam pikirku langsung tertambat pada sang murabbi utama kita, almarhum Ustad Rahmat Abdullah. Tahun 2005, 2 bulan sebelum wafatnya, di tengah sakitnya beliau dikabarkan memaksakan diri mengikuti long march dari bundaran HI ke Kedutaan Besar AS di Jl. Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, dan melakukan orasi membangkitkan semangat kader dakwah dalam perjuangan dan membela saudaranya di Palestina yang sedang dizalimi penjajah Israel.
Di antara isi pidatonya adalah:
“Yang mati ditikam sudah banyak, yang mati kena narkoba melimpah, yang mati kebut-kebutan kecelakaan lalulintas sudah banyak. Indonesia bertanya, siapa yang mati dengan seni kematian yang paling indah? Seni kematian yang paling baik membela ajaran Allah, membela mereka yang tertindas dan teraniaya. Mungkin banyak yang ngeri dengan istilah tadi. Sekedar berjalan kaki dari HI kemari (ke depan kedubes AS) belum berarti apa-apa. Tetapi ini akan jadi sangat berarti bagi saudara-saudara kita di Paletina. Tahukah saudara-saudara sekalian?! Di tengah derita mereka, hidup bertahun-tahun ditenda dan rumah-rumah darurat, ternyata saudara-sadara kita di Palestina masih sempat mengirimkan sumbangan untuk saudara-saudara kita di Aceh (korban gempa dan Tsunami) kemarin. Karena yang bisa memahami derita adalah orang yang sama –sama menderita, oleh karena itu walaupun kita tidak dalam derita seharusnya punya kepekaan, punya kepedulian dan punya hati yang halus dan lembut untuk bisa mendengar rintihan suara anak –anak di Palestina”.
Kehadiran Ustadz Rahmat dalam Aksi Solidaritas untuk Palestina dengan tema “SELAMATKAN AL AQSHA”, Ahad, 17/4/2005 dan orasinya di depan kedubes AS, merupakan kehadiran beliau untuk yang terakhir kalinya dalam mengikuti Aksi Pembelaan untuk Palestina, karena dua bulan setelah Aksi Solidaritas tersebut tepatnya pada hari Selasa, 14 Juni 2005, beliau wafat pada usia 52 tahun, dengan meninggalkan seorang isteri dan tujuh orang anak. Jasad beliau dikuburkan di samping komplek Islamic Center IQRO’, Jati Makmur, Pondok Gede, Bekasi.
“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah. Dan di antara mereka ada yang gugur, dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikitpun tidak merubah (janjinya)”. (QS. Al-Ahzab/33:23)
”Ya ALLAH,
dengan kasih sayang-Mu …
Engkau kirimkan kepada kami da’i penyeru iman…
Kepada nenek moyang kami penyembah berhala…
Dari jauh mereka datang karena cinta mereka kepada da’wah…
Berikan kami kesempatan dan kekuatan, keikhlasan dan kesabaran…
Untuk menyambung risalah suci dan mulia ini kepada generasi berikut kami…
Jangan jadikan kami pengkhianat yang memutuskan mata rantai kesinambungan ini…
Dengan sikap malas dan enggan berda’wah…
Karena takut rugi dunia dan dibenci bangsa”...
(Doa beliau kala itu...)
Subhanallah, Maha Suci Allah yang Maha Agung, totalitas, totalitas ini yang masih saja ragu meresap dalam lubuk jiwaku...
Tahun Baru, 2 tahun baru, semoga bisa jadi titik canangan untuk kian total dari hari ke hari. Yang kutahu pasti, rinduku akan bertemu dengan Tuhanku, senantiasa membuncah tiap detiknya, dan enyah segala cinta duniawi, apalagi cinta yang menyesatkan... Bangsa Palestina sudah tekun membuktikan, kecintaan hakiki pada Rabb-nya membuahkan kematian terindah dalam benak kita, saudara-saudaranya...
(sebagian tulisan dikutip dari detik.com)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
3 comments:
(ayik)
Met taon baru Mbak Di,
tetep semangat ya...
Wish U all the best...
mohon ijin untuk mengambil artikel tausyiah Aa Gym.....eehh...baca tentang Ust. Rahmat aduh jadi kangen nih ... :)jazakillah Ukhti semoga blognya membawa manfaat & berkah Amin
Assalamu'alaikum mbak Utami. Duh subhanallah, seneng banget dpt teman baru lagi, insya Allah ada silaturahim penuh berkah di antara kita ya, insya Allah :)
Post a Comment