Monday, June 23, 2008

MENDIDIKNYA DENGAN SEPENUH CINTA... (bag.2)

Bantulah anak kita untuk berbakti kepada-Nya dengan Memaafkan yang Menyulitkan Darinya. Tanpa kita sadari, kita cenderung amat terobsesi atau sangat fokus pada kekurangan-kekurangan diri putra-putri kita, entah kelemahannya dalam Matematika, sikapnya yang pemalu atau penyendiri, wajahnya yang 'std' alias standar saja, sementara sikap penyayang terhadap binatang, mandiri dalam mengurus dirinya, sangat helpful, begitu mudah sirna dari pandangan atas nama "itu sudah sepantasnya dia lakukan" atau "sudah kewajiban dia melakukan itu", sehingga kemudian kita tidak merasa perlu memuji kelebihan-kelebihan 'kecilnya' itu.

Kesulitan tiap anak sangatlah beragam, tak hanya yang terkait dengan kecakapan akademik di kelas, namun bisa juga ketrampilan 'self-help' yang belum piawai dikuasainya. Dengan memaafkan yang menyulitkan darinya seraya tidak berputus asa dari rahmat Allah, insya Allah justru membuat dia berkembang dengan baik serta mampu mengatasi sendiri kesulitan-kesulitannya. memaksa, memarahi, apalagi membandingkannya dengan anak lain malah rawan menimbulkan pelbagai jenis penyimpangan perilaku, semisal merasa minder, rendah diri, sensitif, mudah meledak amarahnya, atau bahkan bersikap pasif agresif (dari luarnya saja tampak baik, namun di dalam hatinya ada dendam atau benci terhadap orang tua/orang lain).

Terus-terang, dari klien dewasa yang datang padaku aku sungguh belajar banyak tentang poin kedua ini, betapa cinta,penghargaan, dan pemaafan punya kekuatan maha dahsyat dalam mendidik buah hati kita. Betapa menyedihkan dampak berkepanjangan dari anak yang merasa tidak pernah dianggap ada dan dikasihi tanpa syarat apapun. Anda mau tahu? Dia punya dendam tak berujung kepada ayahnya, juga nyaris tidak punya respek terhadap tokoh ibu yang dinilainya 'ada namun tiada'. Endingnya memang masih kutunggu dengan harap-harap cemas, semoga Allah perlahan membuka hati ayah dan juga hatinya untuk islah dan berdamai dengan masa lalu mereka... mm, kurasa kita tidak perlu harus melalui jalan terjal seperti ini untuk mengakui pentingnya berdamai dengan kekurangan-kekurangan buah hati kita bukan?

Bagaimana menurut Anda?

1 comment:

danu doank said...

kalo memang jalannya lurus kenapa mesti belok2 ya ka mbak :)... semoga saja semua ortu mau "mengakui pentingnya berdamai dengan kekurangan-kekurangan buah hati kita", amin.