Friday, August 29, 2008

SADARILAH, HIDUP ADALAH ANUGERAH!

(penulis: anonim)

Ada seorang gadis buta yang membenci dirinya sendiri karena kebutaannya itu. Tidak hanya terhadap dirinya sendiri, tetapi dia juga membenci semua orang kecuali kekasihnya. Kekasihnya selalu ada disampingnya untuk menemani dan menghiburnya. Dia berkata akan menikahi kekasihnya hanya jika dia bisa melihat dunia .
Suatu hari, ada seseorang yang mendonorkan sepasang mata kepadanya sehingga dia bisa melihat semua hal, termasuk kekasihnya. Kekasihnya bertanya, "Sekarang kamu bisa melihat dunia. Apakah kamu mau menikah denganku?"
Gadis itu terguncang saat melihat bahwa kekasihnya ternyata buta.
Dia menolak untuk menikah dengannya. Kekasihnya pergi dengan air mata mengalir, dan kemudian menulis sepucuk surat singkat kepada gadis itu, "Sayangku, tolong jaga baik-baik mata saya."
Kisah di atas memperlihatkan bagaimana pikiran manusia berubah saat status dalam hidupnya berubah. Hanya sedikit orang yang ingat bagaimana keadaan hidup sebelumnya dan lebih sedikit lagi yang ingat terhadap siapa harus berterima kasih karena telah menyertai dan menopang bahkan di saat yang paling menyakitkan.

*Hidup adalah anugerah*
Hari ini sebelum engkau berpikir untuk mengucapkan kata-kata kasar - Ingatlah akan seseorang yang tidak bisa berbicara.
Sebelum engkau mengeluh mengenai cita rasa makananmu - Ingatlah akan seseorang yang tidak punya apapun untuk dimakan.
Sebelum engkau mengeluh tentang suami atau isterimu - Ingatlah akan seseorang yang menangis kepada Tuhan meminta pasangan hidup.
Hari ini sebelum engkau mengeluh tentang hidupmu - Ingatlah akan seseorang yang begitu cepat pergi ke surga.
Sebelum engkau mengeluh tentang anak-anakmu - Ingatlah akan seseorang yang begitu mengharapkan kehadiran seorang anak,
tetapi tidak mendapatnya.
Sebelum engkau bertengkar karena rumahmu yang kotor, dan tidak ada yang membersihkan atau menyapu lantai - Ingatlah akan orang gelandangan yang tinggal di jalanan.
Sebelum merengek karena harus menyupir terlalu jauh - Ingatlah akan sesorang yang harus berjalan kaki untuk menempuh jarak yang sama.
Dan ketika engkau lelah dan mengeluh tentang pekerjaanmu - Ingatlah akan para pengangguran, orang cacat dan mereka yang menginginkan pekerjaanmu.
Sebelum engkau menuding atau menyalahkan orang lain - Ingatlah bahwa tidak ada seorang pun yang tidak berdosa dan kita harus menghadap pengadilan Tuhan.
Dan ketika beban hidup tampaknya akan menjatuhkanmu - Pasanglah senyuman di wajahmu dan berterima kasihlah pada Tuhan karena engkau masih hidup dan ada di dunia ini.
Hidup adalah anugerah, jalanilah, nikmatilah, rayakan dan isilah itu.

NIKMATILAH SETIAP SAAT DALAM HIDUPMU, KARENA MASA HIDUP ITU SINGKAT SAJA, DAN MUNGKIN ITU TIDAK AKAN TERULANG LAGI

"bukakan pintu maaf untuk tiap bulir kekhilafan kami, semoga puasa Ramadhan kali ini membawa keberkahan, sikap tawadhu, dan kelapangan hati sepanjang sisa usia kita, amin..."

Monday, August 25, 2008

YANG FANA ADALAH WAKTU

Oleh :
Sapardi Djoko Damono



Yang fana adalah waktu. Kita abadi:
memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga
sampai pada suatu hari
kita lupa untuk apa.
"Tapi, yang fana adalah waktu, bukan?"
tanyamu.
Kita abadi.





Perahu Kertas,
Kumpulan Sajak,
1982.

Thursday, August 21, 2008

AKULAH SI TELAGA

Oleh :
Sapardi Djoko Damono


akulah si telaga: berlayarlah di atasnya;
berlayarlah menyibakkan riak-riak kecil yang menggerakkan bunga-bunga padma;
berlayarlah sambil memandang harumnya cahaya;
sesampai di seberang sana, tinggalkan begitu saja
-- perahumu biar aku yang menjaganya



Perahu Kertas,
Kumpulan Sajak,
1982.

Wednesday, August 20, 2008

AMAZING RACE ASIA, RAMA, HIDETOSHI, & HEE AH LEE

Sejak pasang Indovision beberapa waktu lalu, anak-anakku makin punya alternatif tontonan. Paling favorit sih pasti "Mr Bean The Animated", hehe... Nah, selain itu, mereka hobi banget nonton kuis atau sejenis lomba, salah satunya adalah "Amazing Race Asia" di mana para pesertanya berasal dari berbagai negara di benua Asia, termasuk Indonesia.

Dalam adu lomba ini, tiap negara diwakili oleh sepasang peserta, boleh sodaraan, pacar, teman karib, tunangan, atau suami-isteri. Total ada 11 tahapan di mana 9 di antaranya merupakan babak eliminasi (itu lho Jeng, kayak di idol-idolan, ada yang tersisih ngono kuwi, asli bengong deh yg bukan wong jerman :D). Nah mohon maaf, peserta Indonesia edisi ini sudah tiwas di babak ketiga. Menyedihkan? Yah, ngga gitu-gitu amat sih, namanya juga lomba, ada yang menang atau kalah kan?

Satu sisi yang kuamati dari "Amazing Race Asia" kali ini adalah munculnya finalis dari kota Singa alias Singapura, selain Malaysia dan Philippina. Halah, apa sih yang dibanggakan dari si singa ini, mungkin ada yang ngerundel dan ngga rela negara lain dipuja-puji, apalagi berhubung sedang gegap-gempitanya ngerayain hari kemerdekaan? Justru itu, peserta Singapura ini salah satunya adalah penyandang tuna-rungu, dengan cara bicara dan pendengaran kurang sempurna! Dan hebatnya, dengan kondisi 'luar biasa'-nya itu, dia sangat mensupport rekannya untuk kemudian menjadi juara! Subhanallah!

Awal menyaksikan acara ini, aku dan anak-anak sempat bingung kok di bawah terjemahan pas Adrian ini bicara, selalu ada teks bahasa Inggris, menegaskan kata-kata yang tengah diucapkannya. Lambat-laun, yang kami simak bukan lagi kata per kata yang terucap olehnya, tapi isinya, bagaimana pola pikirnya yang senantiasa positif, semangatnya yang nyaris tak pernah padam, ingatannya yang kuat melebihi peserta normal lainnya. Ini dibuktikannya saat di babak penentuan, kala Adrian dan Collin, sohib dekatnya di gym, tiba sebagai peserta terakhir di pantai, sementara peserta Philippina -- yang selama lomba hampir selalu juara satu -- dan Malaysia sudah sibuk dengan tugas mengurutkan negara yang pernah dikunjungi selama lomba dengan cara menancapkan bendera di tonggak-tonggaknya. Panik? Tentu saja, mereka berdua ngomooong terus semoga peserta lain belum selesai (persis kita lah, wajar tho?). Dan strategi mereka terbukti jitu, yaitu dengan memutuskan Adrianlah yang bertugas. Di sini tampak nyata bahwa persahabatan mereka sudah tahap melampaui pemahaman mengenai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Collin yang normal mengerti betul bahwa soal daya ingat, adrian justru lebih jago, sehingga dengan legowo dan pedenya dia menyerahkan amanah kepada Adrian, tanpa setitikpun keraguan.

Hasilnya? Kalau nyontek kata-kata peserta Philippina, si Adrian ini ibarat ninja, sap sap sap, yakin aja dia menancapkan bendera demi bendera, ga pake celingak-celinguk coba-coba ngintip atau minta konfirmasi rekannya, dan jadilah ia peserta pertama yang menuntaskan tugas dengan gilang-gemilang, tanpa salah! Dan akhirnya, mereka pun tiba di lokasi penentuan sebagai juara umum!

Banyak pelajaran yang bisa dipetik di sini. Terkadang kita yang dilahirkan normal merasa sempurna dan bisa dengan pongahnya menistakan saudara-saudara kita yang terlahir 'cacat'. Padahal sesungguhnya mungkin saja mereka yang terlahir 'sempurna' dengan segala kelebihan-kelebihan khasnya, sedang kita yang justru tidak mampu dan tidak mau mengoptimalkan potensi yang kita miliki. Serba tanggung, istilahnya. Coba kita lihat Rama, sang blogger kita yang tunanetra, He Ah Lee yang bertangan 'capit udang', Hidetoshi yang tanpa kaki namun jago basket atau sang biduan tunanetra kita (maaf, lupa namanya, pernah dimuat di halaman 16 Kompas) yang hafal 1000 lagu di luar kepala! Artinya, dari mereka yang dicap 'cacat' (oya, makanya di Psikologi mereka bukan disebut anak/orang cacat, tapi anak luar biasa), malah kita belajar banyak sekali, terutama tentang semangat hidup, spirit melawan 'keterbatasan', kasih-sayang, penerimaan diri, dan motivasi yang tak pernah mati...

Wednesday, August 13, 2008

TAJAM HUJANMU

Oleh :
Sapardi Djoko Damono


tajam hujanmu
ini sudah terlanjur mencintaimu:
payung terbuka yang bergoyang-goyang di tangan kananku,
air yang menetes dari pinggir-pinggir payung itu,
aspal yang gemeletuk di bawah sepatu,
arloji yang buram berair kacanya,
dua-tiga patah kata yang mengganjal di tenggorokan
deras dinginmu
sembilu hujanmu




Perahu Kertas,
Kumpulan Sajak,
1982
.

Friday, August 8, 2008

RAFTING? RADA-RADA NORCE LAH :)

Alhamdulillah, saat liburan ke Bali kemarin aku dan anak-anak sempat icip-icip olahraga baru, arung jeram alias rafting. Kalau Abang sudah pernah nyoba dulu di sungai Citarik bersama teman-teman sekantornya, so deg-degan campur-aduknya mah ngga sedahsyat aku (mungkin lho,hehe...)

Nah, ceritanya sebelum berlibur ke sana, Abang sudah woro-woro kepada pasukannya tentang rencana ini, sambil ngasih liat foto-fotonya via internet. Yang terbayang pertama sih asyik dan pasukan ceriaku ya bisa dibilang 'excited'-lah (halah, mbak Diaz bisa nyap-nyap nih tulisanku sok nginggris ;D). Oh kayaknya okelah, ngga syerem kok, de el el (padahal lagi nenangin hati sendiri tuh)

Pas di Bali, dikira teh ngga jadi, karena Abang masih bolak-balik kontak en nanya beberapa perusahaan rafting, juga nanya ke hotel. Ternyata rencana terus gol, Kamis tetep kebagian jatah untuk rafting, so horeeee!

Sesampainya di lokasi, seraya membawa dayung masing-masing, kami menuju sungai Ayung. Menurut mas Agus, sang guide, di sungai ini ada sekitar 11 perusahaan rafting, dengan titik start awal berbeda-beda. Nah "Payung Rafting" ini memiliki titik start paling jauh dan keuntungannya, kami dapat bonus melewati jeram setinggi 2 meter!

Setelah menuruni sekitar 300 anak tangga (fiuh, jangan tanya serunya deh, cobain sendiri agar supaya sampeyan bisa menghayati ghirahnya,hehe...) menuju pelabuhan eh pos ngetemnya si perahu karet, sampailah akhirnya kami. Deru suara air mengalir deras, riuh, dilingkupi pemandangan luar biasa hutan liar sepanjang sungai. Subhanallah, kata-kata puitis pun tiada 'kan mampu mengungkap keindahan karya paripurna Sang Pencipta...

Rentetan instruksi segera digaungkan, berikut peragaan oleh sang pemandu. Dayung maju, dayung mundur, stop, merunduk, juga soal kondisi darurat bila ada yang terseret arus akibat perahu terbalik. Okelah, meski tarif bisa dibilang 'banting harga', tapi soal profesionalitas, aku harus acungkan jempol untuk Bali. Rasa jeri yang sempat muncul, apalagi mengingat anak keduaku yang belum piawai berenang, perlahan sirna. So, sesudah bersiap-siap sambil menunggu pelanggan satunya datang (sepasang bule, katanya sih honeymoon 15 taon perkawinan), dayungpun mulai dikayuh.

Mendekati TKP jeram 2 meter, bli Agus pun kembali mengingatkan, meminta kami untuk bersiap duduk di dasar perahu, bukan lagi di sisi-Nya eh maksudnya teh di sisi perahu. Ini untuk antisipasi kalau perahu akan terbalik saking kerasnya jeram. Dan subhanallah, dahsyat man! Serentak kami berteriak, aaaaaaaah... Basah kuyub hingga ke jilbab dan kepala, serta sempat menelan air, tapi alhamdulillah tak satupun dari berlima yang terlempar dari perahu. Yang kocak justru perahu si bule, sang pemandunya yang malah sukses terlontar dan terbawa arus, dan iapun ditolong naik ke perahunya! Kejadian ini jadi bahan guyonan sepanjang perjalanan sisa.

Sesudah jeram tinggi itu, tidak ada lagi jeram dahsyat, paling hanya sedikit kelokan atau jeram yang rendah, serta air terjun yang deras mengucur, jadi semacam tempat persinggahan untuk hidroterapi. Kesimpulanku, naik arung jeram ternyata mengasyikkan, seru, penuh tantangan, memacu adrenalin kita, dan mungkin juga bisa jadi refleksi bahwa kehidupan ini penuh suka-duka, silih-berganti, kadang bisa diprediksi namun tak jarang sulit diantisipasi. Eh, udah 'dalem' belon bahasanya, hehe...

So, jangan takut untuk rafting, insya Allah uenak tenan lho, apalagi untuk orang-orang norce begini,hahaha... Ah, guyon kok :)

Thursday, August 7, 2008

DI MANAKAH BAHAGIA ITU?

oleh: NN

bahagia
di manakah
sejatinya

ketika mencari
pelita bahagia
pada sesuatu yang syubhat
pada sesuatu yang haram
maka bertanyalah
pada nuranimu
apakah
bahagia hakikimu
'kan kaudapat

sepatutnya
kaucari bahagia itu
di dalam dirimu
bukan di cahaya luar sana
yang seolah saja
indah memukau mata
gemintangnya memesona jiwa
sementara ia hanya
laksana fatamorgana
tak tergapai
tak terengkuh
sempurna
...

MAUT TIDAK MENGETUK PINTU...

Oleh : Asro Kamal Rokan

Kepada siapa manusia menggantungkan dirinya, jika bukan kepada Allah, Tuhan
Yang Mahakuasa atas segalanya?

Senin pagi, ketika akan naik pesawat Boeing 737-200 Mandala Airlines dari
Polonia, Medan, tak seorang dari lebih seratus penumpang mengetahui bahwa
itulah akhir dari perjalanannya. Saat mencari tempat duduk sesuai tiket,
memasang sabuk pengaman, mematikan telepon genggam, dan menyaksikan
pramugari memeragakan tata cara pengamanan bila terjadi musibah, tak ada
yang membayangkan beberapa menit lagi adalah batas kehidupan mereka.

Sejumlah penduduk di rumah maupun lalu lalang di Jalan Djamin Ginting,
Padang Bulan, beberapa menit sebelumnya mungkin sedang bercanda atau
menyaksikan tayangan televisi tentang gosip artis, tak membayangkan bahwa
itulah batas akhir kehidupan mereka. Mereka tewas ditimpa kepingan badan
pesawat. Mereka mencari kehidupan namun mendapatkan kematian.

Antarini Malik --putri almarhum Adam Malik-- yang semula akan naik Mandala,
juga tak membayangkan keputusan untuk pindah pesawat, telah menghindarkannya
dari maut. Sebanyak 16 orang, yang kemudian diketahui selamat, juga tak
membayangkan bisa keluar dari pesawat yang berkeping-keping dan api yang
berkobar. *Siapa yang mengatur kematian dan kehidupan itu? Apakah manusia
dapat memilih cara kematiannya?*

Ketika ratusan anak-anak bermain-main di pantai, ibu-ibu belanja di pasar,
dan sebagian lain dengan segala kesibukannya, tiba-tiba air laut mendadak
surut dan tak lama kemudian gelombang tsunami melanda Nanggroe Aceh
Darussalam. Tak ada tempat untuk berpegang, bahkan pohon-pohon dan bangunan
batu pun roboh. Ratusan ribu penduduk tewas. Tak ada yang bisa menahannya.

Ketika badai Katrina melanda New Orleans, Amerika Serikat, ribuan orang
--mayoritas kulit hitam-- tewas. Listrik mati, puluhan ribu orang mengungsi,
kelaparan, dan penjarahan terjadi di negara yang selalu memosisikan diri
sebagai penyelamat warga dunia itu. Amerika Serikat --negara yang merasa
bisa melakukan segalanya, memiliki teknologi cangggih, dan ditakuti
negara-negara lain-- tak berdaya menghadapi badai dahsyat itu. Pemerintah
AS, yang selalu ikut campur urusan negara lain dengan alasan menyelamatkan
rakyat, juga takluk dan tak dapat menyalahkan siapa pun.

*Manusia sesungguhnya tidaklah berdaya. Sama sekali tidak berdaya.* Kematian
dapat datang kapan saja dengan alasan-alasannya. Tak ada yang bisa menolak
apalagi memilihnya. Manusia selalu merasa dapat mengatur semuanya, termasuk
memperlambat datangnya kematian. Mereka membuka lebar-lebar pintu untuk
dunia dan percaya kebahagiaan sejati ada di dalamnya. Manusia merasa
kematian hanya datang pada usia tua, sehingga mereka memilih dunia --tak
peduli melahap harta yang bukan miliknya. Mereka mencintai dunia seakan
dunia dan harta dapat membujuk Tuhan untuk memperlambat kematiannya.

Maut tidak datang dengan mengetuk pintu. Ia bisa masuk dari setiap celah
tanpa kita tahu. Ia tak pernah datang terlambat dan bermain-main. Tak ada
yang bisa menahannya, tidak juga ajimat, susuk, setumpuk harta, dan
kekuasaan.

Detik ini, menit ini, kita bisa tertawa, menghitung tabungan, dan
mempersiapkan strategi menghancurkan lawan. Detik ini, kita merancang untuk
suatu jabatan, kehormatan, dan kekuasaan. Detik berikutnya, tidak ada yang
bisa menahan datangnya maut: Ia tidak mengetuk pintu dan memberi tahu
kedatangannya. Ia bisa masuk dari semua sisi dan bahkan ketika kita
menghirup udara segar.

*Lalu, kepada siapa manusia menggantungkan hidupnya, jika bukan kepada
Allah, Tuhan Yang Mahakuasa atas segalanya.*

Wednesday, August 6, 2008

ADA PAK RADEN LHO...

Pekan lalu, agenda me-time adalah mengunjungi Festival Bercerita ASEAN di Bentara Budaya Jakarta. Alhamdulillah 2 kali pula ke sana, yang pertama berpetualang sendiri, dan yang kedua bawa rombongan sunat eh, bukan deh, rombongan keluargaku (Abang, anak-anakku, 1 keponakan, dan ibu mertua). Hehe, sukses berat ngajak ompung-ompung nonton dongeng kan?

Di ujung tangga naik, kami sudah disambut dengan gelaran buku dongeng dari beberapa negara ASEAN, seperti Thailand, Laos, dan Brunei. Sayangnya, meski menarik hati untuk dijadikan suvenir, buku-buku itu tidak dijual alias hanya jadi display saja. Jadilah aku cuma bisa memandangi huruf-huruf keriwil (keriwil beneran karena ngga ngerti,hehe...) dengan takjub dan kepingiiiiin berat (untung ngga sampe ngiler, huss!).

Nah, di meja sebelahnya, barulah deretan buku-buku keluaran KPBA (Kelompok Pecinta Bacaan Anak, sang penyelenggara utama acara ini). Kebanyakan karangan ibu Murti Bunanta, motor utama dan pendiri KPBA, di samping juga buku karya Pak Suryadi. Siapa tuh? Hm, kalau dibilang Pak Suryadi mungkin ngga semua orang kenal ya, tapi gimana kalau disebut Pak Raden di serial Unyil dulu, pasti inget kan?

Beliau ikut serta mendongeng di dalam "Pentas Festival" kali ini, selain ada pendongeng dari Philippina, Laos, Thailand, dan Solo yang menampilkan wayang rumput suket. Ketika menyaksikan pertunjukan ini, alhamdulillah banyak sekali hal yang bisa kuambil pelajarannya. Bahwa teknik mendongeng tidak melulu pasif, hanya duduk berhadapan, memegang buku dan si anak mendengarkan, namun bisa juga dengan memutar film di kompi sambil kitanya bercerita, atau duet berduaan, yang satunya melantunkan syair dan satunya lagi memeragakan isi syair itu (ini ditempuh pencerita dari Brunei), wayang suket Solo yang memperbolehkan anak-anak menyentuh wayang rumput berbentuk ikan, ataupun seperti pak Raden yang bertutur seraya menggambar di 'white-board' dengan spidolnya yang lincah menari. Set set, kepiawaian beliau menggoreskan spidolnya laksana keajaiban, seolah tiba-tiba saja muncul gambar Petruk atau istrinya yang gendut dengan hanya sedikit goresan... Mungkin bisa dipadankan dengan pak Tino Sidin dulu (hayo, generasi jadul seangkatanku haqqul yaqin tahu deh...)

Teknik bercerita yang beraneka ini juga ternyata punya efek beragam pada para pendengarnya. Sepengamatanku, anak-anak paling antusias saat pendongeng dari Philippina mengajak anak-anak menari dan menyanyi "Crab Song" ala bahasa Tagalog, juga ketika pendongeng dari Laos yang sangat ekspresif mengizinkan penonton anak-anak ikutan naik ke panggung untuk mengikutinya seraya memainkan alat musik tradisional Laos bernama Ken (dongengnya mirip dengan itu lho, orang yang meniup seruling dan kemudian tikus-tikus mengikuti dirinya). Sementara waktu pak Raden bercerita, anak-anak tidak lama 'kabur-kaburan' dan mulai berisik, dan mungkin ini karena posisi pak Raden yang membelakangi penontonnya dan tenggelam dengan kesibukan menggambarnya. Sayang sekali, padahal gambarnya prima dan ceritanya lucu (hanya mungkin agak berkepanjangan).

Hehe, sok menganalisa, emangnya bisa mendongeng? Eits jangan salah, salah satu keinginan terpendamku yaa bikin aktivitas mendongeng di lingkungan RT dengan profesional. Hayo siapa punya info di mana aku bisa belajar mendongeng? Sst, kalau bisa gratis atau mur-mer aja yah... Halah, error pisan!

Monday, August 4, 2008

BILA WAKTU TLAH BERAKHIR...

Opick

bagaimana kau merasa bangga
akan dunia yg sementara
bagaimanakah bila semua hilang dan pergi
meninggalkan dirimu

bagaimanakah bila saatnya
waktu terhenti tak kau sadari
masikah ada jalan bagimu untuk kembali
mengulangkan masa lalu

dunia dipenuhi dengan hiasan
semua dan segala yg ada akan
kembali padaNya

bila waktu tlah memanggil
teman sejati hanyalah amal
bila waktu telah terhenti
teman sejati tingallah sepi


**
Hari ini, kudengar lagi 2 orang berpulang kembali ke haribaan-Nya, satunya ibunda tetangga dekat kami dan satunya lagi ibu seusiaku yang warung kecilnya senantiasa kulewati saat menuntun sepedaku melampaui curamnya tanjakan dekat masjid. Ah, usia, siapatah yang bisa menebak panjang-pendeknya, kita hanya mampu bermohon, kiranya diberi umur panjang yang berkah, khusnul khatimah...

Friday, August 1, 2008

MUJAHADAH (LATIHAN HATI AGAR IKHLAS)

(Lanjutan tausiyah Aa Gym)

Sehebat,sebanyak, dan sebesar apapun amal kita, shalat kita, zakat kita, jika tidak diiringi dengan keikhlasan, ibarat orang yang begitu sempurna fisiknya, namun tak bernyawa...

Itulah sebabnya mengapa Allah dan Rasul-Nya menganjurkan kita untuk memanjatkan istighfar sesudah kita selesai shalat, tidak lain untuk memohonkan ampunan atas dosa-dosa kita...

Aa mengatakan, ada 5 JANGAN yang perlu diingat dalam rangka memelihara dan melatih hati ini untuk senantiasa terjaga keikhlasannya, yaitu:

1. JANGAN INGIN DIKETAHUI ORANG LAIN
Intinya kita harus belajar menyembunyikan amal baik kita laksana kita menyembunyikan aib-aib kita, belajar menahan diri, tidak usah pamer. Allah Maha Tahu, Maha dekat, dan kalau Allah berkehendak amal kita diketahui orang, Dialah yang membukakan jalan, bukan kita.

2. JANGAN INGIN DILIHAT ORANG
Antara orang yang ikhlas dan tidak ikhlas ada perbedaan yang jelas saat amalannya dilihat orang. Maka jangan heran para sahabat di zaman Rasulullah merasa berat saat ditunjuk menjadi imam, karena mereka takut hilang keikhlasannya. Banyak orang menjadi 'berbeda' kala beramal atau beribadah di tengah orang banyak, ada godaan untuk terlihat lebih khusyu' atau lebih saleh...

3. JANGAN INGIN DIPUJI
Hati-hatilah, kata Aa, bila kita sudah bersandar kepada makhluk, karena bisa menimbulkan luka hati. Nabi Muhammad adalah sebaik-baik contoh, di mana beliau -- ketika dihina dan dicaci-maki oleh musuh-musuhnya -- teramat sangat bersabar dan barulah marah saat mereka menghina Allah dan kebenaran risalah yang dibawanya.

Sadarkah kita bahwa kita dipuji orang bukan karena kita mulia namun karena Allah menutupi aib, kebusukan, kemaksiatan kita? Dia belum membeberkan kekurangan-kekurangan kita itu. Pujian itu sebenarnya hanyalah sebatas prasangka orang terhadap topeng kita dan acapkali makin sering membuat kita membohongi diri sendiri. Namun celakanya, manusia bisa teramat mabuk pujian, padahal dibandingkan Allah, Sang Penggenggam diri kita, orang lain tahu apa tentang kita?

Pujian yang asli adalah dari orang yang terdekat, dari pasangan hidup, anak, dan keluarga kita, sementara orang jauh tidak tahu kebusukan-kebusukan kita...

4. JANGAN INGIN DIHARGAI ORANG LAIN
Hanya kesengsaraan saja yang didapat jika kita begitu ingin dihargai orang lain! Padahal kita bisa seperti sekarang ini , atas jasa orang banyak, yang mungkin selama ini kita anggap orang kecil. Para pembantu, supir, tukang ojek langganan, petugas OB atau cleaning-service masjid atau WC, dsb.

Perlulah kita mengingat ini: tunggu saat Allah membeberkan semua aib-aib kita...

5. JANGAN INGIN DIBALAS BUDI

Jika berbuat amal kebajikan, janganlah ingin dibalas. Manusia tidak akan mampu membawa manfaat ataupun mudharat atas izin Allah. Yakinlah, tidak akan tertukar oleh Allah perbuatan baik dengan perbuatan jahat, semua akan diberi balasan yang setimpal.


astaghfirullah...
astaghfirullah...
entah harus berapa ribu kali kupanjatkan tiap hari
sedang sang Nabi-Mu yang sudah terjamin di firdaus-Mu
masih setia memohonkan kalimat itu
hingga akhir hayatnya
sedang hamba yang hina-dina ini
terlampau pongah dengan keyakinan maya
akan masuk surga-Mu, pasti
ah...
dengan segunung dosa besar dan kecil
manatah bisa berharap semulia ini
munajat-munajat malam
penghambaan-penghambaan dhuha
kajian ayat-Mu dalam pagi dan petang
mengapa tak menggetarkan jua kalbu ini
Ya Rabb
jangan biarkan hati itu membatu tak bernyawa
hingga hilang nurani di dalamnya...