Monday, April 28, 2008

BILA KUJATUH CINTA YA RABB...

oleh: SAYYID QUTHB

Ya Allah,
jika aku jatuh cinta,
cintakanlah aku pada seseorang yang melabuhkan cintanya pada-Mu,
agar bertambah kekuatan ku untuk mencintai-Mu.

Ya Muhaimin,
jika aku jatuh cinta,
jagalah cintaku padanya
agar tidak melebihi cintaku pada-Mu

Ya Allah,
jika aku jatuh hati,
izinkanlah aku menyentuh hati seseorang yang hatinya tertaut pada-Mu,
agar tidak terjatuh aku dalam jurang cinta semu.

Ya Rabbana,
jika aku jatuh hati,
jagalah hatiku padanya
agar tidak berpaling pada hati-Mu.

Ya Rabbul Izzati,
jika aku rindu,
rindukanlah aku pada seseorang
yang merindui syahid di jalan-Mu.

Ya Allah,
jika aku rindu,
jagalah rinduku padanya
agar tidak lalai aku merindukan syurga-Mu.

Ya Allah,
jika aku menikmati cinta kekasih-Mu,
janganlah kenikmatan itu
melebihi kenikmatan indahnya bermunajat di sepertiga malam terakhirmu.

Ya Allah,
jika aku jatuh hati pada kekasih-Mu,
jangan biarkan aku tertatih dan terjatuh dalam perjalanan panjang
menyeru manusia kepada-Mu.

Ya Allah,
jika Kau halalkan aku merindui kekasih-Mu,
jangan biarkan aku melampaui batas
sehingga melupakan aku pada cinta hakiki dan rindu abadi hanya kepada-Mu.

Ya Allah,
Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini
telah berhimpun dalam cinta pada-Mu,
telah berjumpa pada taat pada-Mu,
telah bersatu dalam dakwah pada-MU,
telah berpadu dalam membela syariat-Mu.
Kokohkanlah ya Allah ikatannya.
Kekalkanlah cintanya.
Tunjukilah jalan-jalannya.
Penuhilah hati-hati ini dengan nur-Mu yang tiada pernah pudar.
Lapangkanlah dada-dada kami dengan
limpahan keimanan kepada-Mu
dan keindahan bertawakal di jalan-Mu.

Wednesday, April 23, 2008

RASA APA YANG TERSELIP DI SANA

oleh: SENO GUMIRA AJIDARMA


rasa apa yang terselip disana?
angin datang menggetarkan permukaan danau
puluhan helai daun melayang terapung
kita sama-sama tersiksa dengan peristiwa ini
siapa menyelipkan aku disana?
ada yang berteriak
walaupun angin telah berhenti
tolong! kudengar teriakan itu sayup-sayup
di ujung yang lain dari bumi dan angin
kau mencariku di tiap tiupan
seakan kau dengar
aku berteriak-teriak memanggilmu
dari tiap celah angin


yogya 1976

Tuesday, April 22, 2008

DZIKIR

(RESENSI BUKU MIFTAH FARIDL)
PENERBIT: PUSTAKA, BANDUNG
216 HALAMAN


"Allah SWT menciptakan segala sesuatu di dunia ini berpasang-pasangan, dan segala apa yang ada di dalamnya itu bersifat tidak abadi. Derita dan gembira akan datang silih berganti menghadang setiap insan, berputar sedemikian rupa bagaikan putaran roda pedati, dan itu justru menimbulkan dinamika harmonis. Sebab kenikmatan baru dapat dirasakan sebagai suatu yang benar-benar nikmat apabila diawali dengan kepahitan dan kesulitan.

Pada saat kita beroleh kesuksesan dan kebahagiaan, janganlah kita larut dan lupa diri karena sebaiknya kita bersiap-siap untuk menghadapi kegagalan dan penderitaan. Namun demikian, kebahagiaan tersebut dapat lestari pabila kita pandai bersyukur..."


Tercenung, terpana, tanpa terasa dan tiada tertahan, airmata ini menetes, membanjir membasahi pipi ini, sajadah ini, mukena ini, juga lantai masjid ini... Allah, sungguh kata-kata yang bernas dari seorang pak Miftah. Kepala, isi pikiran, hati nurani, laksana dipukul godam, kesadaran diguncang begitu hebat bahwa sejatinya Allah tidak akan pernah terlena dan abai terhadap makhluk-Nya, ciptaan-Nya. Begitu mudah kita terbuai nafsu oleh kesenangan-kesenangan duniawi, baik berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta yang bertumpuk, kuda pilihan, sawah, dan sebagainya, padahal segala kesenangan itu akan hilang lenyap.

Membaca buku ini seolah kita sedang dituntun pada realita bahwa kita bukan siapa-siapa, entah dia yang merasa seorang manajer yang hebat dengan ilmu mumpuni dan banyak dikagumi, wanita dengan karir cemerlang, ibu rumah tangga yang sukses mengasuh buah hati, ataupun seorang presiden sekalipun. Perbanyak dzikir, karena kita tiada 'kan pernah tahu, seberapa banyak tabungan amal salih kita akan sanggup menolong kita dari panasnya api neraka, juga mungkin saja amal salih itu ibarat angin, tak berbekas akibat ketidakikhlasan kita, sifat riya dan ujub kita, atau kekeliruan cara kita melakukannya (entah dengan menyakiti hati orang lain, melawan hukum Allah, meringan-ringankan larangan-Nya, dan sebagainya). Astaghfirullah, sesungguhnya tiada seorangpun, tanpa kecuali, boleh menepuk dada bahwa dia pasti akan masuk surga-Nya...

Satu lagi buku yang menurutku bisa melengkapi buku ini adalah buku DOA, karangan pak Miftah juga, yang di dalamnya kita leluasa membaca doa apa saja, sesuai kondisi kita. Ini sekaligus menguatkan esensi Qur'an sebagai obat pelipur lara, dan hanya Allah jua sebaik-baik tempat curhat, tanpa batas waktu, tanpa khawatir ikhtilat, tanpa cemas akan biaya, tanpa gundah munculnya riak cemburu...

Cukuplah Allah bagiku,
cukuplah Allah bagiku,
tidak ada tuhan selain Dia.
Hanya kepada-Nya jua
hamba bertawakal...

(QS At-Taubat, 129)

Monday, April 21, 2008

RESCHEDULE...

Siapa bilang cuma para pekerja kantoran yang kerap rutin mengganti jadual kerjanya? Baru saja kusadari, ternyata semenjak menikah, menjadi seorang istri, dan kemudian ibu rumah tangga, entah sudah berapa kali aku kudu harus menskedul ulang jadual harianku.

Contoh gampangnya seperti ini. Sesudah menikah dan sempat tinggal di rumah ibu mertua, aku harus menyisihkan waktu untuk mencuci dan membuat sarapan sebelum ngantor bersama suami, dan sore hari mendapat tugas memasak makan malam/menyetrika, plus beres-beres menuci piring. Naah, tugas-tugas baru yang memunculkan skedul baru kualami ketika putriku lahir dan kian bertambah 'gubrax' ketika menempati rumah baru dan adiknya menyusul. Soal kapan memutar cucian, memasak, menyapu halaman, menyuapi anak, sampai makan dan ngaso. Sebegitu ketatnya sampai lumayan sangat menegangkan kalau hal-hal yang sudah tersusun sedemikian detilnya ujug-ujug menyimpang di luar rencana, entah anak atau aku sendiri tiba-tiba jatuh sakit, pembantu ngga ada angin ngga ada katrina eh... badai tahu-tahu minta pulang, barang bawaan anak ketinggalan dan harus segera diantar, dan sebagainya. Rambut bisa sekonyong-konyong kribo dan kepala pun bertanduk saking korsletnya. Dan berubahlah jadi monster super stress, hehe...

Sekarang sih monsternya alhamdulillah sudah agak jarang nongol, bukan diruqyah bukan diapa-apain juga, tapi lagi belajar untuk lebih nyantai menerima suratan takdir eh... maksudnya out of well-planned action . Halah gaya, kayak manajer aja! Eh iya dong, seorang istri+ibu adalah multi super manajer lho, manajer keuangan+delegasi tugas+waktu yang gajinya tersimpan rapi di surgawi jikalau ikhlas. ya tho? Setuju kan para bapak merangkap suami??

Sebulanan ini lagi-lagi aku harus belajar adaptasi dengan jadual baruku. Yang tadinya Senin adem tentrem di rumah karena itu hari beres-beres (bisa setengah harian ngelap-ngelapnya, ya buku+majalah+koran semingguan, suvenir cuilik-cuilik, kertas-kertas ulangan pasukan ceria, mainan, de el el, belum geser-geser kursi, angkat karpet, sidak kulkas.. Wow, kaget sendiri ternyata buanyak banget yah?? Kembali ke laptop, sejak merambah ikutan senam, dengan berat hati upacara di atas agak dieliminir, setengah tega dan tutup mata deh pokoknya untuk tidak memaksakan diri melakukannya. Bukan apa-apa, bisa habis waktu!

Oya, ini baru ngomongin hari Senin, belum jadual setor hafalan surah yang berkembang menjadi 2 hari (bareng dengan jadual renangku) dan di jam yang super ajaib, jam 11. Kebayang asyiknya kan nyetor pas panas mentari di atas ubun-ubun? Pinginnya sih pagi-pagi selesai renang, tapi mau bagaimana lagi, jam yang tersedia tinggal itu, hehe... Emangnye siape lu, kali kalau guru ngajinya orang betawi asli macam si Pitung bisa nyaut kayak gini :D

Tanya-tanya pada Abang, suami tercinta, soal menyiasati jadual baru ini, beliau pun cuma bisa tersenyum simpul, dan akhirnya menyarankan untuk trial and error saja, sambil direka-reka plus-minusnya. Ok deh Bos, let me try!

So, makanya minta maaf banget kalau tulisanku mungkin tidak bisa serutin dulu (sampai suami dengan bergurau bilang merasa terancam denganku, hehe...), karena masih dalam masa adaptasi itu. Doakan ya bisa tetap istiqamah menyapa dan berbagi ilmu/pengalaman hidup...

Wednesday, April 16, 2008

UNIK BIN ANTIK DARI PADANG

Berkisah tentang Sumatera Barat, ternyata masih menerbitkan imajinasi akan keelokannya. Subhanallah ya, mata seolah dibuka lebar-lebar, panorama alam negeri kita sungguh tidak kalah dengan negara tetangga, bahkan mungkin Singapura dan Malaysia bertekuk lutut! Tetirah lalu sekaligus jadi sarana pembelajaran bagi kami, orang tua dan anak-anak, untuk senantiasa memanjat syukur atas karunia tak ternilai ini sekaligus tidak mudah silau oleh gemerlap promo negeri jiran dengan rayuan mautnya tuk beranjangsana ke sana...

Hari ini tanpa sengaja, terbaca olehku catatan unik di secarik kertas, tentang seluk-beluk tanah kelahiran Siti Nurbaya dan Malin Kundang ini. Beberapa di antaranya adalah nama kota yang sempat terpampang di papan jalan, kota Lubuk Mata Kucing. Aha, kontan dan spontan mata-mata indah para penggemar kucing langsung berbinar-binar. Sayang seribu sayang, tak ada kerumunan kucing di sana, sama sekali tak melibatkan kucing seekorpun, karena kata pak supir, di sana hanya ada kolam renang/pemandian dan pesantren. Atau sang kucing-kucing itu mesantren dan sigap berenang? wallahu'alam :)

Kali lain, berlabuhlah kami di Masjid Raya Bayur, di tepi jalan saat ingin istirah menuju Danau Maninjau. Terpacak pandangan, antik nian masjid besar ini, akulturasi menawan antara pagoda dan rumah gadang. Di mukanya ada air mancur gemulai memancar, di bagian belakang tersedia kolam ikan, dengan tempat wudhu resik. Bagian dalamnya pun tak kalah unik, tiang-tiang kayu coklat tua terpancang kokoh menyangga atap, meski menurut suami tercinta, agak timpang dengan kegemilangan arsitektur luarnya.

Kontras dengan masjid di atas, Masjid Jihad di kota Padang panjang cabang Koto Baru, justru membetot atensi dengan kebersahajaannya. Ciri atap rumah gadang tak ditinggalkan, semburat warna merah marun. Kekhasannya terpatri pada letaknya yang jauh menjorok di bawah jalan raya, layaknya sang pengunjung harus hati-hati berakrobat menuruni jalan semen yang cukup terjal. Juga kolam-kolam besar di sisi kiri-kanan bagian muka, mengurangi terik serta menghadirkan kesejukan.

Taman Makam Pahlawan Bahagia, Batu Sangkar. Itu jadi bahan diskuasi tak berkesudahan di antara kami, dijejali pikiran iseng. Siapakah yang bahagia, apakah sang pahlawan yang terbaring bersemayam di sana sempat merasakan bahagia itu, kenapa pula dinamakan demikian, atau apakah pihak kerabatnya yang justru berbahagia telah menunaikan baktinya menguburkan sang pahlawan bangsa di TMP tersebut? Lagi-lagi wallahu'alam... Tingallah pak supir yang senyum-senyum kecut menyeringai, ini keluarga tak kalah unik bin antik dengan kota yang dikunjunginya, mungkin... :D

Tuesday, April 15, 2008

SEHAT? SUBHANALLAH INDAHNYA...

Alhamdulillah hari ini bisa juga daku menembus kevakuman blog ini sekitar 1 pekanan. Maaf untuk para pelanggan setia (hehe, lebih bae' ge-er dah daripada minder kan??), yang mungkin udah bolak-balik ngelongok blog ini kok kagak ada kemajuan alias apdet-nya. Insya Allah niat dan semangat kembali dikobarkan, horaaass!

Semingguan lalu, suami tercinta jatuh sakit, tumbang kelelahan juga karena kena radang tenggorokan. Meskipun hanya 2 hari beliau bertahan istirahat di rumah, tapi hingga akhir pekan (bertepatan dengan pilkada Jawa Barat) kelihatan kondisi kesehatannya belum pulih betul. Masih tersisa bersin di sana-sini dan senyumnya belum merekah laksana bunga mekar di taman (ciee, sok puitis ah...).

Ngomongin soal kesehatan, kayaknya memang lagi musim sakit. 2 orang teman kantor suami juga sakit, sementara tetangga -- seorang ibu dengan 3 anak balita -- harus kehilangan bayinya karena pendarahan selama 10 hari terus-menerus. Masuk pekan ini, ada berita suami sahabat harus menjalani operasi pemasangan pen di tulang punggungnya, dan harus dirawat inap selama 1 minggu menunggu pemulihan.

Aah... entah kenapa ya, ketika sampai kabar berita demikian, kita seolah terhenyak, disadarkan, betapa sehat itu mahal harganya, betapa menjadi sehat itu sebuah karunia-Nya, yang baru diresapi nikmatnya saat kita terpuruk digempur aneka penyakit. Bukankah sehat ini juga salah satu dari 5 masa yang diingatkan Allah SWT, yang dititahkan-Nya untuk dijaga, sebelum datang masa/waktu sakit. Dijaga lewat makanan bergizi, olahraga, juga puasa/detoks, dan pembersihan alam pikiran kita.

Buat rekan-rekan, para sahabat, yang kini masih terbaring lemah, syafahumullah, semoga Allah menyembuhkanmu, meluruhkan dosa-dosamu pabila sabar tiada keluh-kesah dalam deritamu... Aamiin...

Thursday, April 10, 2008

SUARA

Oleh: Taufiq Ismail

Deretkan awan, pelangi, dengan rambutmu merah-ungu
Taburkan pelan, pelangi, sepanjang lengkung lenganmu
Panorama yang kemarau teramat kering
Daunan berjuta. Angin menjadi hening

Tiada terasa lagi di mana suara memanggil-manggil
Tiada suara lagi betapa cahaya makin mengecil
Pohon-pohon redup dan berbunga di bukit dan pesisir
Kemarauku siang, dinginku maJam yang menggigil

Di sanalah dia bersimpuh, bulan yang tua dan setia
Ketika langit seolah menutup dan kau amat pucat
Di hutan selatan cahayamu pelan berlinangan
Melintas jua ke ambang pasar, pada bayang-bayang jambatan

Tiada terasa lagi di mana cahaya berhenti mengalir
Tiada bintik lagi ketika bintang dalam fajar
Dan pada pilar-pilar langit
Awan pun bersandar

Di sanalah kau bersimpuh, bulan yang tua dan setia
Setiap terasa lagi suara memanggil-manggil
Pada pilar-pilar langit. Di puncak-puncaknya
Suara Engkau yang merdu
Suara sepi yang biru.

1965

Wednesday, April 9, 2008

BILA ISTRI CEREWET...

(Renungan untuk suami-suami)
Oleh : Ahmad Bustam




Seorang laki-laki berjalan tergesa-gesa. Menuju kediaman khalifah Umar bin Khatab. Ia ingin mengadu pada khalifah; tak tahan dengan kecerewetan istrinya. Begitu sampai di depan rumah khalifah, laki-laki itu tertegun. Dari dalam rumah terdengar istri Umar sedang ngomel, marah-marah. Cerewetnya melebihi istri yang akan diadukannya pada Umar. Tapi, tak sepatah katapun terdengar keluhan dari mulut khalifah. Umar diam saja, mendengarkan istrinya yang sedang gundah. Akhirnya lelaki itu mengurungkan niatnya, batal melaporkan istrinya pada Umar.

Apa yang membuat seorang Umar bin Khatab yang disegani kawan maupun lawan, berdiam diri saat istrinya ngomel? Mengapa ia hanya mendengarkan, padahal di luar sana,ia selalu tegas pada siapapun?

Umar berdiam diri karena ingat 5 hal. Istrinya berperan sebagai BP4. Apakah BP4 tersebut?

1. Benteng Penjaga Api Neraka

Kelemahan laki-laki ada di mata. Jika ia tak bisa menundukkan pandangannya, niscaya panah-panah setan berlesatan dari matanya, membidik tubuh-tubuh elok di sekitarnya. Panah yang tertancap membuat darah mendesir, bergolak, membangkitkan raksasa dalam dirinya. Sang raksasa dapat melakukan apapun demi terpuasnya satu hal; syahwat.

Adalah sang istri yang selalu berada di sisi, menjadi ladang bagi laki-laki untuk menyemai benih, menuai buah di kemudian hari. Adalah istri tempat ia mengalirkan berjuta gelora. Biar lepas dan bukan azab yang kelak diterimanya. Ia malah mendapatkan dua kenikmatan: dunia dan akhirat.

Maka, ketika Umar terpikat pada liukan penari yang datang dari kobaran api, ia akan ingat pada istri, pada penyelamat yang melindunginya dari liukan indah namun membakar. Bukankah sang istri dapat menari, bernyanyi dengan liukan yang sama, lebih indah malah. Membawanya ke langit biru. Melambungkan raga hingga langit ketujuh. Lebih dari itu istri yang salihah selalu menjadi penyemangatnya dalam mencari nafkah.

2. Pemelihara Rumah

Pagi hingga sore suami bekerja. Berpeluh. Terkadang sampai menjelang malam. Mengumpulkan harta. Setiap hari selalu begitu. Ia pengumpul dan terkadang tak begitu peduli dengan apa yang dikumpulkannya. Mendapatkan uang, beli ini beli itu. Untunglah ada istri yang selalu menjaga, memelihara. Agar harta diperoleh dengan keringat, air mata, bahkan darah tak menguap sia-sia Ada istri yang siap menjadi pemelihara selama 24 jam, tanpa bayaran.

Jika suami menggaji seseorang untuk menjaga hartanya 24 jam, dengan penuh cinta, kasih sayang, dan rasa memiliki yang tinggi, siapa yang sudi? Berapa pula ia mau dibayar. Niscaya sulit menemukan pemelihara rumah yang lebih telaten daripada istrinya. Umar ingat betul akan hal itu. Maka tak ada salahnya ia mendengarkan omelan istri, karena (mungkin) ia lelah menjaga harta-harta sang suami yang semakin hari semakin membebani.

3. Penjaga Penampilan

Umumnya laki-laki tak bisa menjaga penampilan. Kulit legam tapi berpakaian warna gelap. Tubuh tambun malah suka baju bermotif besar. Atasan dan bawahan sering tak sepadan. Untunglah suami punya penata busana yang setiap pagi menyiapkan pakaianannya, memilihkan apa yang pantas untuknya, menjahitkan sendiri di waktu luang, menisik bila ada yang sobek. Suami yang tampil menawan adalah wujud ketelatenan istri. Tak mengapa mendengarnya berkeluh kesah atas kecakapannya itu

4. Pengasuh Anak-anak

Suami menyemai benih di ladang istri. Benih tumbuh, mekar. Sembilan bulan istri bersusah payah merawat benih hingga lahir tunas yang menggembirakan. Tak berhenti sampai di situ. Istri juga merawat tunas agar tumbuh besar. Kokoh dan kuat. Jika ada yang salah dengan pertumbuhan sang tunas, pastilah istri yang disalahkan. Bila tunas membanggakan lebih dulu suami maju ke depan, mengaku, "akulah yang membuatnya begitu '. Baik buruknya sang tunas beberapa tahun ke depan tak lepas dari sentuhan tangannya. Umar paham benar akan hal itu.

5. Penyedia Hidangan

Pulang kerja, suami memikul lelah di badan. Energi terkuras, beraktivitas di seharian. Ia butuh asupan untuk mengembalikan energi. Di meja makan suami Cuma tahu ada hidangan: ayam panggang kecap, sayur asam,sambal terasi danlalapan. Tak terpikir olehnya harga ayam melambung; tadi bagi istrinya sempat berdebat, menawar, harga melebihi anggaran. Tak perlu suami memotong sayuran, mengulek bumbu, dan memilah-milih cabai dan bawang. Tak pusing ia memikirkan berapa takaran bumbu agar rasa pas di lidah. Yang suami tahu hanya makan. Itupun terkadang dengan jumlah berlebihan; menyisakan sedikit saja untuk istri si juru masak. Tanpa perhitungan istri selalu menjadi koki terbaik untuk suami. Mencatat dalam memori makanan apa yang disuka dan dibenci suami.

Dengan mengingat lima peran ini, Umar kerap diam setiap istrinya ngomel. Mungkin dia capek, mungkin dia jenuh dengan segala beban rumah tangga di pundaknya.Istri telah berusaha membentenginya dari api neraka, memelihara hartanya, menjaga penampilannya, mengasuh
anak-anak, menyediakan hidangan untuknya. Untuk segala kemurahan hati sang istri, tak mengapa ia mendengarkan keluh kesah buah lelah.

Umar hanya mengingat kebaikan-kebaikan istri untuk menutupi segala cela dan kekurangannya. Bila istri sudah puas menumpahkan kata-katanya, barulah ia menasehati, dengan cara yang baik, dengan bercanda. Hingga tak terhindar pertumpahan ludah dan caci maki tak terpuji.

Akankah suami-suami masa kini dapat mencontoh perilaku Umar ini. Ia tak hanya berhasil memimpin negara tapi juga menjadi imam idaman bagi keluarganya.

Monday, April 7, 2008

LIHATLAH KEBAIKAN ORANG LAIN

SUMBER: motivasi_net


Anjuran ini sama sekali tidak bermaksud agar anda selalu
menyenangkan orang lain, karena sebenarnya anda takkan mampu
melakukan hal itu.

Namun agar hidup anda lebih produktif, lebih efektif, dan lebih
ringan.

Bila semua orang senang mencari-cari sisi buruk orang lain,
maka dunia akan penuh dengan kebingungan. Anda akan berhadapan
dengan puluhan nasehat, ratusan saran bahkan ribuan caci-maki.

Hal ini berlaku pula pada diri anda.

Selalu melihat keburukan orang lain, membuat hidup anda menjadi kusam.

Sedangkan dengan melihat kebaikan orang lain, hidup menjadi
menyenangkan.

Anda akan mempunyai lebih banyak waktu untuk menikmatinya.

Kulit jeruk terasa pahit. Sedangkan isi jeruk terasa manis
menyegarkan.

Bukankah kita belajar dari alam?

Kita mengupas dan menyingkirkan kulit jeruk yang pahit untuk mereguk
kesegaran buah jeruk. Kita tak menyukai keburukan maka singkirkan.

Kita mencari kebaikan maka carilah.

Dan temukan itu pada setiap orang yang hadir dalam hidup anda.

Friday, April 4, 2008

WANITA BAGI PAHLAWAN

Oleh : M. Anis Matta, Lc*

Dibalik setiap pahlawan besar selalu ada seorang wanita agung. Begitu kata pepatah Arab. Wanita agung itu biasanya satu dari dua, atau dua-duanya sekaligus; sang ibu atau sang istri.

Pepatah itu merupakan hikmah psiko-sejarah yang menjelaskan sebagian dari latar belakang kebesaran seorang pahlawan. Bahwa karya-karya besar seorang pahlawan lahir ketika seluruh energi didalam dirinya bersinergi dengan momentum di luar dirinya; tumpah ruah bagai banjir besar yang tidak terbendung. Dan tiba-tiba sebuah sosok telah hadir dalam ruang sejarah dengan tenang dan ajek.

Apa yang telah dijelaskan oleh hikmah psiko-sejarah itu adalah sumber energi bagi para pahlawan; wanita adalah salah satunya. Wanita bagi banyak pahlawan adalah penyangga spiritual, sandaran emosional; dari sana mereka mendapat ketenangan dan kegairahan, kenyamanan dan keberanian, keamanan dan kekuatan. Laki-laki menumpahkan energi di luar rumah, dan mengumpulkannya lagi di dalam rumahnya.

Kekuatan besar yang dimiliki para wanita yang mendampingi para pahlawan adalah kelembutan, kesetiaan, cinta dan kasih sayang. Kekuatan itu sering dilukiskan seperti dermaga tempat kita menambatkan kapal, atau pohon rindang tempat sang musafir berteduh. Tapi kekuatan emosi itu sesungguhnya merupakan padang jiwa yang luas dan nyaman, tempat kita menumpahkan sisi kepolosan dan kekanakan kita, tempat kita bermain dengan lugu dan riang, saat kita melepaskan kelemahan-kelemahan kita dengan aman, saat kita merasa bukan siapa-siapa, saat kita menjadi bocah besar. Karena di tempat dan saat seperti itulah para pahlawan kita menyedot energi jiwa mereka.

Itu sebabnya Ulama Umar bin Khattab mengatakan, "Jadilah engkau bocah di depan istrimu, tapi berubahlah menjadi lelaki perkasa ketika keadaan memanggilmu'. Kekanakan dan keperkasaan, kepolosan dan kematangan, saat lemah dan saat berani, saat bermain dan saat berkarya, adalah ambivalensi-ambivalensi kejiwaan yang justru berguna menciptakan keseimbangan emosional dalam diri para pahlawan.

"Saya selamanya ingin menjadi bocah besar yang polos." kata Sayyid Quthub. Para pahlawan selalu mengenang saat-saat indah ketika ia berada dalam pangkuan ibunya, dan selamanya ingin begitu ketika terbaring dalam pangkuan istrinya.

Siapakah yang pertama kali ditemui Nabi Muhammad SAW setelah menerima wahyu pertama dan merasakan ketakutan luar biasa? Khadijah! Maka ketika Rasulullah ditawari untuk menikah setelah Khadijah wafat, beliau mengatakan; "Dan siapakah wanita yang sanggup menggantikan peran Khadijah?"

Itulah keajaiban dari kesederhanaan. Kesederhanaan yang sebenarnya adalah keagungan; kelembutan, kesetiaan, cinta an kasih sayang. Itulah keajaiban wanita.

Wednesday, April 2, 2008

THANK'S A LOT PAK WILLY...

Jumat pekan lalu, aku berpetualang dengan dua junior. Kebetulan hari itu mereka pulang cepat, jadi kuculik deh ke kios buku bekas di sekitar rel KA Gunadarma Pondok Cina dan UI.

Setelah asyik memilih-memilah komik dan majalah bekas plus peluh harum semerbak yang membasahi sekujur tubuh, wajah-wajah penuh antusias ini terpaksa harus menghentikan aktivitas aduk-mengaduk bertumpuk komik dikarenakan waktu untuk jumatan sudah begitu mepet. As usual, kami biasanya pulang naik taksi (dihitung-hitung versus angkot-ojek, cuma beda tipis, hehe... kagak mau rugi, bonus AC soalnya). Alhamdulillah, setelah menanti sejenak, datanglah taksi si burung biru.

Seperti tradisi pengemudi Blue Bird, sang supir ramah menyapa seraya menanyakan alamat tujuan. Dasar sok pede, setelah menjawab pertanyaannya, aku langsung minta dia untuk segera memacu kendaraannya karena anakku akan jumatan, sama kan dengan bapak, kataku. Untunglah dia cool aja menjawab, maaf Bu, saya tidak shalat, saya non muslim. Langsung deh aku tergopoh-gopoh minta maaf, hehe...

Barulah ketahuan bahwa dia orang Tionghoa dan beragama Katholik (wah, tenan lho, baru kali ini ketemu supir Blue Bird keturunan Tionghoa). Anaknya 2 orang, perempuan semua, dan hebatnya, keduanya disekolahkan di Tarakanita. Kebayang kan seberapa dia harus berjibaku mencari nafkah untuk makan sehari-hari, juga uang SPP? Kata dia, seberapapun dia akan upayakan supaya anak-anaknya mendapat dasar pendidikan terbaik, tidak ingin sembarangan menyekolahkan anaknya di sekolah umum tanpa landasan agama yang kuat. Serem katanya kalau melihat pergaulan anak zaman sekarang.

Selain itu, dia juga melarang anak-anaknya nonton acara teve di hari sekolah. Kalaupun dia dan istri ingin tahu perkembangan dunia, ditunggu anak-anaknya tidur, barulah dinyalakannya teve. Alasannya dia, teve bisa dibilang hampir tidak punya efek positif, baik sinetronnya yang mengumbar aurat, kartun bertabur kata kurang sopan, juga berita penuh kabar berdarah-darah. Baru ketika libur, anak-anaknya diperbolehkan nonton Astro anak, main PS, atau berpetualang seperti kami, ke kios buku di pasar Senen.

Mendengar tutur katanya, aku jadi malu, malu pada diri sendiri. Dia bukan muslim namun begitu teguh memegang prinsip mendidik yang sangat islami, sangat takut salah mendidik, sangat amanah sebagai orangtua, totalitasnya begitu terbaca, teraba. Padahal dia 'cuma' seorang pengemudi taksi, lulusan SMA pula, yang mungkin kerap kali dilecehkan statusnya dibanding para penumpangnya yang haqqul yaqin umumnya berpendidikan lebih tinggi darinya...

Benar kata seorang pakar (maaf ya lupa namanya), bahwa orang acapkali keliru menilai seseorang dari luarnya saja, yaitu orang yang menempuh pendidikan tinggi pasti lebih berhasil mendidik darah daging dan keluarganya daripada orang berpendidikan rendah. Makanya kita suka terheran-heran menyaksikan seorang petani sederhana di desa terpencil sanggup mencetak anak menjadi menteri di kemudian hari, atau anak kuli bangunan bisa menembus seleksi program AFS ke Amrik, atau untuk kejadian teranyar kemarin, seorang pengusaha di Depok hanya tersenyum-senyum saja ketika mengetahui anaknya yang berusia 9 tahun mengambil uangnya senilai 1000 dollar dan hanya bersisa 500 ribu saja, malah terkesan bangga anaknya diperlakukan polisi dan wartawan bak selebriti.

Ironi, sebuah ironi sedang berlaku, sekaligus paradoks. Memang benar pada siapapun kita bisa banyak, teramat banyak belajar tentang hidup ini, tentang bagaimana paradigma memandang hidup dengan lebih arif. Termasuk juga dari pak Willy, sang pengemudi taksi BB.

Anyway busway, thank's a lot ya Pak atas 'pelajaran' yang kucerna hari ini...

Tuesday, April 1, 2008

WISATA KULINER ALA PASUKAN CERIA

Sebenarnya sih, udah sering amat kita-kita ini wisata kuliner (halah gaya, sok seleb euy, hehe...). Dari resto kelas warteg, kafe tenda (ralat ya, bukan kafe tenda di Semanggi sono, tapi beneran tenda di sepanjang jalan, ya tenda pecel lele, roti bakar gitu deh) sampe Pizza Hut non pahe (gubrax ngga, ketahuan dah, biasanya nyang pahe kan??), yah nembus2 limit 200 en nyerempet dikit 225 rebu berempat. Kalau lebih mah, tolong deh, langsung dipaksa puasa atau makan serbet 2-3 hari sama manajer keuangan alias aku sendiri :) Ngambek ceritanya, uang belanja seminggu diporotin dalam sekejap mate, nehi deh, hehe...

Naah, ni alhamdulillah wisata kuliner kali ini agak lain, kite diajak keliling en menclok di aneka rumah makan waktu liburan kemarin di Padang. Bagusnya, sang guide ini ngga ngajak mampir di Simpang Raya atawa Sederhana yang emang kesohor sama ketidaksederhanaan harganya (yah mpok gimane sih, ada harga ada barang lah yaw, kalo mo gratisan tapi enak ya ke kondangan sono...). Jadi bisa dibilang ini bapak klop dah sama moto, visi, misi kite "kalo bisa makan enak harga oke, kenape harus sampe melototin dompet, haiyya?" (aah, error bener prinsipnya...).

Pak Ade, begitu dia minta disapa, pertama kali mulai memperagakan keahliannya dalam cita rasa waktu ngajak mampir di warung kue bika Talago Baru (kalo ngga salah, habis Pandai Sikek deh). Awalnya sih suami tercinta yang 'turun pangkat' kebagian jadi navigator (seneng amat beliau, kan selama ini nyupir terus, itung2 ngaso) ngeliatin jalan kok lumayan banyak tulisan "bika and bika" lagi dan lagi (hehe, kayak iklan obat maag itu lho...), akhirnya berlabuhlah kami di sana.

Cara masaknya aneh bin antik, dibakar di kuali atas plus bawah. Di kuali bawah ditaruh selembar daun pisang, dituang adonan (2 rasa lho, tepung beras+parutan kelapa ditambah lumatan pisang+gula merah atau gula putih), ditutup kuali atas ditambah kayu-kayu bakar. Cita rasanya sulit dikatakan, perpaduan antara serabi dan wingko babat, slurp aah... Yang pasti, biar minimalis dan sederhana, lezaat banget apalagi disantap panas-panas. Anakku yang kecil yang biasanya so selective milih makanan, hajar aja bleh, saya minta 2, hehe... Singkat kata, gendang gendut tali kecapi, kenyang perut senanglah hati... Siapa yang ngga seneng, sebijinya cuma seribu? Ini mengingat status makan SMS (Sate Mak Syukur, sejenis sate padang yang kesohor dan ukuran potongan satenya 5 kali tebal sate padang di ibukota) sebelumnya agak terlalu cepat, baru jam 11 kok sudah makan besar untuk lunch?

Di kesempatan lain, sepulang dari Lembah Harau menuju Batu Sangkar, kami berhenti sejenak untuk makan siang. Di sela padi menguning dan bebukitan biru menawan di kejauhan, menyempil RM "Goeboeak Ancak". Kecil saja, namun bersih. Gesit pelayannya, sap sap, gelas air putih, piring ditata akrobat di tangan kiri, sap sap lagi... laksana sulap, udah rapi jali memenuhi meja, 5 piring nasi hangat plus daun singkong rebus, hm... yummy. Dan percaya ngga, makan berlima dengan 9 lauk hanya menghabiskan isi dompet 71 rebu! O boy, kalo ngga inget jarak mah, sudi mampir terus dah, hehe...

Malam sebelum check-in hotel di Bukittinggi, sesuai instruksi bos besar, pak Ade membawa kami berwisata icip-icip ke Soto Acha Acha (engga ding, Acha aja, bukan Acha Acha, ntar dikira RM India) di jl A Yani. Pingin yang seger-seger sesudah "Tragedi Maninjau" (istilah pak Ade akibat kekecewaan berats kami dengan kondisi Danau Maninjau yang tak laik tinjau) dan cape deh ngitung 2x44 kelok menuju Maninjau. Di warung tenda ini, alhamdulillah terhidang soto padang yang mahsyur, aah... ternyata memang bikin mood yahud kembali. Yang bikin heran, sambal sotonya kalah jauh dengan sambal soto madura di "food-court" kota Jakarta, jadinya aku yang tadinya takut-takut menyendok sambal lambat-laun makin kalap, hehe... Terserah deh, namanya jadi sambal dikuahin soto!

Lain waktu, seolah memperingati hari perpisahan dengan Bukittinggi, aku cicip bubur kampiun (itu lho, bubur kacang ijo, bubur biji salak, bubur mutiara, de el el), dan subhanallah, meski campur sari, rasanya justru makin lezat. Murah meriah cuma 3 ribu sudah cukup mengganjal perut yang kukuruyuk. Perpisahan ini ditutup paripurna dengan sup mak Sarih di jl By Pass Surau Gadang, lekher banget en gurikh. Cuma buatku agak syerem karena kental, full tulang-belulang sapi, jadi curigation, jangan-jangan full kolest juga. Padu-padannya klop sekali dengan perkedel berukuran besar, hm... air liur jadi netes deh, haha...

Oya, satu catatan bijak dari pak Ade, sang pakar kuliner kita, kalo ke Sumatera Barat, jangan cari RM Padang atawa nasi padang, dijamin ngga ada en kalaupun ada, yang punya pasti bukan orang Padang, tapi... orang Jawa (bener lho, beliau langsung nunjuk tuh pas mobil lewat di dapannya)! Percayalah!

Satu pesen sponsor, buat para khalayak ramai para pembaca setia blog ini en kepingin ke Padang, monggo sila kontak pak Ade via aku atawa Abang di blog sebelah, insya Allah puassss...