Tuesday, April 22, 2008

DZIKIR

(RESENSI BUKU MIFTAH FARIDL)
PENERBIT: PUSTAKA, BANDUNG
216 HALAMAN


"Allah SWT menciptakan segala sesuatu di dunia ini berpasang-pasangan, dan segala apa yang ada di dalamnya itu bersifat tidak abadi. Derita dan gembira akan datang silih berganti menghadang setiap insan, berputar sedemikian rupa bagaikan putaran roda pedati, dan itu justru menimbulkan dinamika harmonis. Sebab kenikmatan baru dapat dirasakan sebagai suatu yang benar-benar nikmat apabila diawali dengan kepahitan dan kesulitan.

Pada saat kita beroleh kesuksesan dan kebahagiaan, janganlah kita larut dan lupa diri karena sebaiknya kita bersiap-siap untuk menghadapi kegagalan dan penderitaan. Namun demikian, kebahagiaan tersebut dapat lestari pabila kita pandai bersyukur..."


Tercenung, terpana, tanpa terasa dan tiada tertahan, airmata ini menetes, membanjir membasahi pipi ini, sajadah ini, mukena ini, juga lantai masjid ini... Allah, sungguh kata-kata yang bernas dari seorang pak Miftah. Kepala, isi pikiran, hati nurani, laksana dipukul godam, kesadaran diguncang begitu hebat bahwa sejatinya Allah tidak akan pernah terlena dan abai terhadap makhluk-Nya, ciptaan-Nya. Begitu mudah kita terbuai nafsu oleh kesenangan-kesenangan duniawi, baik berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta yang bertumpuk, kuda pilihan, sawah, dan sebagainya, padahal segala kesenangan itu akan hilang lenyap.

Membaca buku ini seolah kita sedang dituntun pada realita bahwa kita bukan siapa-siapa, entah dia yang merasa seorang manajer yang hebat dengan ilmu mumpuni dan banyak dikagumi, wanita dengan karir cemerlang, ibu rumah tangga yang sukses mengasuh buah hati, ataupun seorang presiden sekalipun. Perbanyak dzikir, karena kita tiada 'kan pernah tahu, seberapa banyak tabungan amal salih kita akan sanggup menolong kita dari panasnya api neraka, juga mungkin saja amal salih itu ibarat angin, tak berbekas akibat ketidakikhlasan kita, sifat riya dan ujub kita, atau kekeliruan cara kita melakukannya (entah dengan menyakiti hati orang lain, melawan hukum Allah, meringan-ringankan larangan-Nya, dan sebagainya). Astaghfirullah, sesungguhnya tiada seorangpun, tanpa kecuali, boleh menepuk dada bahwa dia pasti akan masuk surga-Nya...

Satu lagi buku yang menurutku bisa melengkapi buku ini adalah buku DOA, karangan pak Miftah juga, yang di dalamnya kita leluasa membaca doa apa saja, sesuai kondisi kita. Ini sekaligus menguatkan esensi Qur'an sebagai obat pelipur lara, dan hanya Allah jua sebaik-baik tempat curhat, tanpa batas waktu, tanpa khawatir ikhtilat, tanpa cemas akan biaya, tanpa gundah munculnya riak cemburu...

Cukuplah Allah bagiku,
cukuplah Allah bagiku,
tidak ada tuhan selain Dia.
Hanya kepada-Nya jua
hamba bertawakal...

(QS At-Taubat, 129)

3 comments:

Anonymous said...

Duuuhh makasih banyak Mba, besok aku cari deh buku ini...trimsss yaaa....bener lagi butuh urgent obat kaya gini...

Anonymous said...

Jazakillah, mbak Diana, untuk mengingatkan kembali urgensi dzikir. Harus banyak-banyak mengingat Allah dalam setiap kegiatan kita. Tahu sih... tapi kadang perlu 'reinforcement'. Terima kasih ya.

Anonymous said...

suwun postingannya mbak Diana :)